PENGERTIAN
ILMU TAUHID
Ilmu tauhid adalah ilmu Pengetahuan bahwa sesuatu itu
satu.
Secara
syara’
adalah Pengetahuan untuk bisa menguasai penetapan aqidah-aqidah agama, yang
didapat dari dalil-dalilnya yang bersifat keyakinan.
Obyek
kajian ilmu tauhid adalah Dzat Alloh dan Dzat rosul-rosul-Nya
(tentang hal-halyangwajib, mustahil danjaiz), hal-hal yang mungkin/mumkin
sebagai perantara untuk menuju keyakinan adanya pencipta, dan hal-hal yang
didengar/sam’iyyat/riwayat-riwayat (tentang keyakinan akan hal-hal itu).
Buah
hasil ilmu tauhid adalahMa’rifatulloh (mengetahui Alloh) dengan
bukti-
bahasan ilmu tauhid ini menyangkut akidah Islam.
Sedangkan akidah dalam ajaran Islam merupakan pondasi bagi keberagamaan
seseorang dan benteng yang kokoh untuk memelihara akidah Muslim dari setiap
ancaman keraguan dan kesesatan.Dan berbagai penyimpangan dalam berpikir, berkata
dan bertindak.Hal itu terjadi karena jauhnya pemahaman yang benar terhadap
dasar-dasar akidah Islam dan masalah-masalah keimanan.
Dalam ajaran islam, bahwa semua amal saleh yang dilakukan oleh seseorang
dengan penuh ketulusan hanya akan diterima oleh Allah SWT apabila didasari
dengan akidah Islam. Karena penyimpangan akidah yang benar berarti
penyimpangan dari keimanan yang murni kepada Allah. Dan penyimpangan dari
keimanan berarti kekufuran kepada Allah SWT. Sedangkan Allah tidak akan
menerima amal baik yang dilakukan oleh orang kafir, berapa pun banyaknya amal
yang dia kerjakan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
وَمَنْ
يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولئِكَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَأُولئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ
فِيْهَا خَالِدُوْنَ. (البقرة : 217).
"Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. al-Baqarah : 217).
Adapun pengertian tauhid adalah Mengesakan Allah/permunian ibadah kepada Allah;
yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dengan mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap, dan takut kepada-Nya.
Hukum Akal ('Aqli)
Hukum ‘Aqly
Hukum ‘Aqly ada tiga, yaitu:
1.
Wajib, artinya
perkara yang tidak boleh tidak akan adanya bagi ‘aqal fikiran.
2.
Mustahil, artinya
perkara yang tidak boleh tidak akan tiadanya bagi ‘aqal.
3.
Jaiz, artinya
perkara yang adanya dan tiadanya dapat diterima ‘aqal.
Apabila kita menerima sesuatu
keterangan, maka akal kita tentu akan menerima dengan salah satu pendapat atau
keputusan hukum sebagaimana di bawah ini:
a. Membenarkan dan
mempercayainya
b. Mengingkari dan tidak
mempercayainya
c. Memungkinkan, artinya boleh
jadi dan boleh tidak jadi
Putusan akal atau hukum akal
yang yang di atas di bagi 3 bagian yaitu::
1. Wajib 'aqli
2. Muhal atau mustahil aqli
مستحيل
عقلي
3. Jaiz atau mungkin (mungkin jadi dan mungkin tidak) جائز عقلي
Contoh-contoh:
1. Wajib menurut akal (pasti)
Apabila ada orang yang berpendapat bahwa:
a. 2 X 2 = 4
b. Satu itu sama dengan sepertiga dari tiga
c. Segala benda itu apabila
tidak bergerak tentu diam, dan apabila tidak diam tentu begerak.
d. Seperempat kali seperempat sama dengan seperenam belas.
maka semua pendapat itu tentu akan diterima akal yang sehat. Dengan
membenarkan dan mempercayainya dan itu namanya keterangan yang wajib diterima
oleh akal (wajib 'aqli).
2. Muhal menurut akal (tidak
mungkin)
Apabila ada orang yang berpendapat bahwa:
a. 2 X 2 = 5
b. Ada benda yang pada suatu waktu tidak diam dan tidak bergerak
maka semua pendapat itu tentu akan ditolak oleh akal yang sehat, tidak
dapat dibenarkan dan tidak akan dapat dipercayainya, dan itu namanya hal-hal
yang muhal atau mustahil.
3. Jaiz (mungkin)
Apabila ada orang berkata bahwa:
a. Si Fulan nanti akan mempunyai seorang anak.
b. Rumah ini akan rusak pada tahun ini.
maka semua keterangan itu tidak akan ditolak sama sekali oleh akal, dan
tidak pula akan dipastikan kebenarannya dan dipercayai. Hal itu mungkin
terjadi, dan mungkin pula tidak akan terjadi. Yang sedemikian itu namanya
hal-hal yang mungkin atau jaiz.
HUKUM SYAR’I
Hukum syar’i ialah perintah Allah Ta’ala atas
perbuatan mukallaf (yang diberatkan/ yang diberi tanggung jawab), maka disebut
perintah yang memberatkan (taklif) disebut juga sebagai perintah yang jelas,
sebab ditentukan syaratnya atau sebabnya.
Hukum syar’i ada lima, yaitu:
1.
Wajib, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.
2.
Sunnah, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat pahala.jika ditinggalkan tidak apa-apa (tidak
berdosa)
3.
Haram, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
4.
Makruh, artinya perkara
yang jika dikerjakan tidak mendapat dosa, tetapi perbuatan tersebut tidak
disukai Allah dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
5.
Mubah, artinya “harus
syar’i”, yaitu perkara yang jika dikerjakan ataupun ditinggalkan tiada mendapat
dosa atau pahala.
PENGERTIAN
IMAN
Iman
adalah Keyakinan yang kokoh dalam hati, mengakui dengan lisan dan melaksanakan
dengan anggota badan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan
berpegang teguh kepada Sunnah Rasul
Artinya
Iman yaitu percaya pada 6 (enam) rukun, yaitu:
1.
Percaya adanya Allah Ta ala
(dengan
segala I’tiqad (keyakinan) yang wajib bagi-Nya, dan yang mustahil, dan yang
harus, sebagaimana telah dinyatakan sekaliannya itu didalam Kitab Sifat
Duapuluh).
2.
Percaya kepada sekalian
Malaikat-malaikat-Nya.
3.
Percaya kepada sekalian
Kitab-kitab-Nya.
4.
Percaya kepada sekalian
Rasul-rasul-Nya.
5.
Percaya kepada Hari Qiyamat.
6.
Percaya kepada takdir Allah Ta
ala (qodlo dan qodar)atas tiap-tiap sesuatu kejadian.
RUKUN
ISLAM
Islam artinya menerima dan menjunjung (menjalankan)
akan segala perintah Allah Ta’ala dengan
mengamalkan segala rukun-rukunnya.
Rukun
Islam 5 (lima) perkara, yaitu:
1.
Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
(Mengucap
kalimat Ashadu an laa ilaaha ilallaah, waashadu anna muhammadar rosuululloh)
dengan mengerti arti keduanya
2.
Mendirikan Shalat lima waktu.
3.
Memberi Zakat
(jika
ada/memiliki harta yang diwajibkan untuk berzakat )
4.
Puasa pada bulan Ramadhan.
5.
Pergi Haji jika mampu
6.
Syahadat
ialah
persaksian dengan hati
dan lisan, dengan mengerti
maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun
batin
IMAN
KEPADA ALLOH(Al-Baqarah 256)
Iman
Kepada Alloh artinya menyakini dengan sepenuh hati bahwa Alloh itu ada dan
memiliki sifat wajib bagi Allah s.w.t.
yang wajib diketahui dengan tafsil (satu persatu) yaitu 20 sifat :
PEMBAGIAN
SIFAT SIFAT ALLAH
Sifat
Wajib bagi Alloh ada 20 dibagi dalam 4 bagian:
1. Sifat
Nafsiyyah
2. Sifat
Salbiyah
3. Sifat Ma’ani
4. Sifat
Ma’nawiyah
1.
SIFAT NAFSIYYAH(SIFAT
KEPERIBADIAN)
Artinya
sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal jika Allah tidak disifatkan dengan
sifat ini. Atau bisa juga dikatakan sifat untuk menentukan adanya Allah, di
mana Allah menjadi tidak mungkin ada tanpa adanya sifat tersebut. adapun yang
tergolong sifat ini hanya satu yaitu sifat wujud.
Sifat
Wajib: Wujud Artinya:
Ada
Sifat
Mustahil: ’Adam Aritnya
: Tidak Ada
Allah
Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.
2.
SIFAT
SALBIYAH
Artinya
sifat yang menolak apa yang tidak layak bagi Allah. Atau dikatakan juga sifat
yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah. Sifat
Salbiyah ini ada lima sifat yakni, Qidam, Baqo’Mukhalafatu lil hawaditsi, Qiyamuhu
binafsihi, Wahdaniyyah.
Sifat
Wajib: Qidam Artinya: terdahulu/tidak ada permulaanya
Sifat
Mustahil: Huduts Artinya:
Baru
Allah
Taala itu terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh
‘Adam (ada permulaanya).
Sifat
Wajib: Baqa’ Artinya:
Kekal
Sifat
Mustahil: Fana’ Artinya:
Binasa
Allah
itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana (binasa)
Sifat
Wajib: Mukhalafah Lilhawaditsi Artinya:
Tidak sama dengan yang baru
Sifat
Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi Artinya:
Sama dengan yang baru
Allah
itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan.
Mustahil bersamaan dengan yang baru.
Sifat
Wajib: Qiyam Binafsihi
Artinya: Berdiri dengan dirinya sendiri
Sifat
Mustahil: Ihtiyaju Artinya:
Allah
Taala itu berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau
berdiri pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu
Sifat
Wajib: Wahdaniyah Artinya:
Esa
Sifat
Mustahil:
Ta’addud berbilang
Allah
itu Maha Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia
mempunyai Dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang.
3.
SIFAT
MA’ANI
Artinya
sifat yang diwajibkan bagi zat Allah suatu hukum atau sifat yang pasti ada pada
Dzat Allah. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, Qudrat, Iradah, Ilmu,Hayat,
Sama’, Bashar dan Kalam.
Sifat
Wajib: Qudrot Artinya:
Kuasa
Sifat
Mustahil: ’Ajuz Artinya: Lemah
Alah
Taala itu Maha Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah itu lemah
atau tidak berkuasa.
Sifat
Wajib: Iradah Artinya:
Menentukan
Sifat
Mustahil: Karahah Artinya: Terpaksa
Allah
itu Menentukan segala-galanya, semua terjadi dengan ketentuan Allah, Mustahil
Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa menentukan segala galanya
Sifat
Wajib: ’Ilmu
Artinya: Mengetahui
Sifat
Mustahil: Jahil Artinya: Bodoh
Allah
Taala itu amat mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahu atau
bodoh.
Sifat
Wajib: Hayat
Artinya: Hidup
Sifat
Mustahil: Maut Artinya: Mati
Allah
Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah Taala itu bisa
mati, dianiyaya atau dibunuh.
Sifat
Wajib: Sama’
Artinya: Mendengar
Sifat
Mustahil: Shomam Artinya: Tuli
Allah
Taala itu mendengar. Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.
Sifat
Wajib: Bashar Artinya: Melihat
Sifat
Mustahil: A’ma Artinya: Buta
Allah
Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.
Sifat
Wajib: Kalam Artinya: Berkata-kata/berfirman
Sifat
Mustahil: Bakam Artinya:
Bisu
Allah
Taala itu berkata-kata atau berbicara. Mustahil Allah Taala itu tidak berbicara
atau bisu.
4.
SIFAT
MA’NAWIYAH
Maksudnya
sifat Allah yang dilazimkan atau tidak bisa dipisahkan dengan Sifat Ma’ani.
Sifat Ma’nawiyah adalah sifat yang mulazimah atau menjadi akibat dari sifat
ma’ani. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, yakni Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu
Muridan, Kaunuhu Aliman, Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Sami’an’Kaunuhu Bashiran,
Kaunuhu Mutakalliman.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Qodiron Artinya: Keberadaan Allah Maha Kuasa
Sifat
Mustahil: Kaunuhu ’Ajizan Artinya: Keberadaan Allah lemah
(tidak berkuasa)
Allah
Taala keberadaanya amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat
lemah atau tidak berkuasa.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Muridan Artinya: Menentukan
Sifat
Mustahil: Kaunuhu Kariihan Artinya: Terpaksa
Allah
Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya
terpaksa atau dipaksa
Sifat
Wajib: Kaunuhu ‘Aliman Artinya: Maha Mengetahui
Sifat
Mustahil:Kaunuhu Jahilan Artinya: Bodoh
Allah
Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil/bodoh atau tidak
mengetahui.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Hayyan Artinya: Hidup
Sifat
Mustahil: Kaunuhu Mayyitan Artinya: mati
Allah
Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil Allah itu bisa mati
atau dibunuh.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Sami’an Artinya: Mendengar
Sifat
Mustahil: Kaunuhu Ashomma Artinya: Tuli
Allah
Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Bashiron Artinya: Melihat
Sifat
Mustahil: Kaunuhu A’ma Artinya: Buta
Allah
Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu
tidak melihat atau buta.
Sifat
Wajib: Kaunuhu Mutakalliman Artinya: Maha Berkata-kata
Sifat
Mustahil: Kaunuhu AbkamaArtinya: Bisu
Allah
Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Ta’ala bisu atau tidak bisa
berkata-kata.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLOH
1.
Adam, artinya tidak ada
2.
Hudutz, artinya baru atau ada permulaannya
3.
Fana', artinya musnah/binasa
4.
Mumaatzalatu lil
Khawaaditzi, artinya menyerupai sesuatu yang baru atau yang bermula
5.
Ikhtiyaaju
Lighoirihi, artinya
membutuhkan sesuatu kepada yang lain
6.
Ta'addud, artinya
berbilang atau lebih dari satu
7.
al-'Ajzu, artinya lemah
8.
al-Karoohah, artinya
terpaksa
9.
Jahlun, artinya
bodoh
10.
Mautun, artinya mati
11.
Shomamun, artinya tuli
12.
'Umyun, artinya buta
13.
Bukmun, artinya bisu
14.
'Aajizan, artinya Maha
Lemah
15.
Kaarihan, artinya Maha
Terpaksa
16.
Jaahilan, artinya Maha
Bodoh
17.
Mayyitan, artihnya
Maha Mati
18.
Asomma, artinya Maha
Tuli
19.
A'maa, artinya Maha
Buta
20.
Abkama, artinya Maha
Bisu
Sifat
Harus Bagi Allah s.w.t
Sifat jaiz adalah sifat yang boleh ada
dan boleh pula tidak ada pada Allah. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya ada satu
yaitu Allah boleh melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Segala
sesuatu yang Allah kehendaki maka akan terjadi, sebaliknya jika Allah tidak
menghendaki maka tidak mungkin akan terjadi sesuatu.
sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala yaitu
فِعْلُ
كُلِّ مٌمْكِنٍ اَوْ تَرْكُهُ
Harus
bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu
DALIL DALIL SIFAT WAJIB BAGI ALLOH
Dalil
sifat Wujud bagi alloh
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
فِيسِتَّةِ أَيَّامٍ
Allah Yang Menciptakan
langit dan bumi serta yang berada diantara keduanya… [QS. As Sajdah (32) : 4]
Dalil sifat Qidam bagi alloh
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ
Dia Yang
Awal dan Yang Akhir. [Al Hadid 57)
Dalil sifat Baqa` bagi
alloh
وَيَبْقَى وَجْهُرَبِّكَذُو
الْجَلالِوَالإكْرَامِ
Dan kekal Dzat AllahYang mempunyai
Kebesaran dan Kemuliaan. [Ar Rahman (55) : 27]
Dalil
sifat Mukhalafatu lil hawadits bagi
alloh
لَيْسَ كَمِثْلِهِشَيْءٌ
Tiada yang
serupa dengan Dia sesuatu pun. [Asy
Syura (42) : 11]
Dalil
sifat Qiyamuhu Ta’ala bi Nafsihi bagi
alloh
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya
AllahTa’ala
Yang kaya dari pada alam semesta. [Al Ankabut (29) : 6]
Wahdaniyah
قُلْ هُوَاللَّهُأَحَدٌ
(Katakanlah
wahai Muhammad) : Allahitu Esa. [Al Ikhlash (112) : 1]
Qudrah
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu. [QS. Al-Baqarah (2):
Iradah
فَعَّالٌلِمَايُرِيدُ
Allah berbuat seperti apa yang Dia
Kehendaki. [Al Buruj (85) : 16]
Ilmun
(Tahu)
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيم
Dan Allah
dengan tiap sesuatu adalah Maha Mengetahui.
[Al Hujurat (49)
Hayah (Hidup)
وَتَوَكَّلْ
عَلَىالْحَيِّالَّذِي لايَمُوتُ
Dan serahkan dirimu (tawakkal) kepada Yang
Hidup Dzat Yang tidak mati. [Al Furqan (25)
Sama’
(Mendengar).
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan Allah
Ta’ala Mahamendengar lagi Mahamengetahui. [Al Baqarah (2) : 256]
Bashar
(Melihat).
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui apa yang
kamu perbuat. [Al Hujurat (49) : 18]
Kalam (Berkata/Berfirman)
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيمًا
Dan berkata Allah Ta’ala kepada Musa dengan
sempurna/sebenar-benarnya Berkata. [An Nisa` (4) : 164]
قَادِرٌ Qadiran (Yang Menguasai) Mustahil ﷲﭐDzat yang lemah.
Dalilnya
yaitu dalil sifat Qudrah.
مُرِيْدٌ Muridan (Yang
Berkehendak/Yang Menentukan).
Mustahil
ﷲﭐtidak Menentukan apalagi diatur/ditentukan.
Dalilnya
yaitu dalil sifat Iradah.
عَالِمٌ ‘Alimun (Yang
Mengetahui) Mustahil ﷲﭐDzat Yang jahil (bodoh)
Dalilnya
yaitu dalil sifat ‘Ilmu.
حَيٌّ Hayyun (Yang Hidup)
Mustahil ﷲﭐDzat Yang mati.
Dalilnya
yaitu dalil sifat Hayah. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk banyak
bertawakkal (berserah diri dalam segala hal) kepada ﷲﭐTa’ala.
سَمِيْعٌ Sami’un (Yang
Mendengar). Mustahil ﷲﭐtuli, tidak mendengarkan..
Dalilnya
yaitu dalil sifat Sama’.
بَصِيْرٌ Bashiran (Yang
Melihat). Mustahil ﷲﭐYang buta (Yang tidak melihat).
Dalilnya
yaitu dalil sifat Bashar. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa
banyak malunya kepada ﷲﭐTa’ala Yang Melihatnya ketika ia berbuat dosa
atau meninggalkan yang fardhu..
مُتَكَلِّمٌ Mutakalliman (Yang
Berkata/Berfirman). Mustahil ﷲﭐDzat Yang tidak berkata/bisu.
Dalilnya
yaitu dalil sifat Kalam.
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT (AL-BAQARAH 285)
Iman
kepada para malaikat adalah meyakini bahwa malaikat adalah makhluq ciptaan
Alloh yang bermateri lembut yg diciptakan dari cahaya. Mereka tiada makan dan
minum. Mereka adalah hamba yg mulia dan tidak pernah durhaka kepada Allah
Subhaanahu Wata'ala. Apa yg diperintahkanNya kepada mereka, maka mereka akan
mengerjakannya
Malaikat
yang wajib dipercayai secara terperinci ada 10 yaitu :
NAMA
MALAIKAT
|
TUGASNYA
|
Jibril
|
Menyampaikan
wahyu
|
Mikail
|
Membawa
rezeki
|
Israfil
|
Meniup
sangkakala
|
'Izrail
|
Mencabut
nyawa
|
Munkar
|
Menanyai
mayat di dalam kubur
|
Nakir
|
Menanyai
mayat di dalam kubur
|
Raqib
|
Mencatat
amal baik
|
Atid
|
Mencatat
amal buruk
|
Malik
|
Menjaga
pintu neraka
|
Ridwan
|
Menjaga
pintu syurga
|
IMAN KEPADA KITAB
KITAB ALLOH (AN-NISA’
136)
Iman
kepada kitab Allah SWT adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT telah
menurunkan beberapa kitab kepada para rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup
manusia. Dalam hal ini, beriman kepada kitab Allah SWT mencakup tiga perkara:
1. Percaya
bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan oleh Allah SWT.
2. Beriman
bahwa Allah SWT telah menurunkan beberapa kitab yang wajib diketahui. Yakni,
al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, Taurat kepada Nabi Musa as, Injil kepada
Nabi Isa as dan Zabur kepada Nabi Dawud as.
3. Mempercayai
kepada berita-berita yang dibawa oleh kitab-kitab tersebut.
Kenapa
Allah SWT menurunkan kitab kepada para rasul-Nya. Tidak cukupkah manusia dengan
akalnya dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dapat menentukan baik dan buruk
untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat? Jawabannya adalah:
1. Akal
manusia itu sangat terbatas. Begitu pula dengan ilmu yang diberikan Allah SWT
kepada manusia hanya sedikit sekali. Ibarat setetes air yang berada di samudera
yang luas membentang, itulah gambaran ilmu yang dimiliki manusia dibandingkan
dengan ilmu Allah SWT.
2. Kalau
manusia diberikan kebebasan sepenuhnya, maka yang terjadi adalah manusia akan
berbeda dalam mendefinisikan perkara baik yang dapat mengantarkannya menuju
kebahagiaan dunia akhirat, serta perbuatan buruk yang menjadikan hidup manusia
menjadi sengsara. Contoh kecil tentang pergaulan bebas atau seks pra nikah.
Bisa saja di suatu daerah, misalnya di Barat dianggap baik dan tidak akan
menimbulkan kerusakan, tapi dalam budaya timur hal itu merupakan perbuatan
asusila yang mendatangkan kesengsaraan dunia dan akhirat. Di sinilah fungsi
kitab Allah SWT yang menjelaskan berbagai hukum Allah SWT.
3. Tidak
semua perbuatan dapat diketahui dengan akal manusia. Ada banyak hal yang
membutuhkan petunjuk dari Allah SWT agar perbuatan itu dapat dikerjakan dengan
cara yang benar. Misalnya tentang tata cara beribadah kepada Allah SWT seperti
shalat, puasa dan haji. Untuk mengetahui cara tersebut harus menunggu
penjelasan dari Allah SWT melalui kitab dan rasul-Nya. Tanpa penjelasan itu
maka manusia tidak akan mengetahui tatacara beribadah yang benar kepada Allah
SWT.
NAMA KITAB
|
DITURUNKAN KEPADA NABI
|
BAHASA
|
Al-Quran
|
Muhammad,
SAW
|
Bahasa
Arab
|
Injil
|
Isa,
A.S
|
Bahasa
Siryani
|
Taurat
|
Musa
|
Bahasa
Ibrani
|
Zabur
|
Daud
|
Bahasa
Qibti
|
60 shuhuf kepada N. Syits as.
30 shuhuf kepada N. Ibrahim as.
10 shuhuf kepada N. Musa
as. (sebelum taurah diturunkan)
30 shuhuf kepada N.
Idris (menurut suatu pendapat)
IMAN
KEPADA PARA ROSUL (AN-NISA’
105-151)
Iman
kepada para rosul artinya hendaknya kita meyakini bahwasanya
Allah memiliki para utusan sebagai wujud rasa sayang dan keutamaanNya.
Tujuaannya agar para utusan tersebut
memberi kabar gembira akan datangnya pahala bagi orang yang berbuat baik
dan sebagai pemberi peringatan akan datangnya siksa kepada orang yg berbuat
dosa. Selain itu juga agar para utusan tersebut memberi penjelasan atas
permasalahan agama dan dunia serta memberi sesuatu yg bermanfaat bagi manusia
agar memperoleh derajat yg mulia. Para utusan tersebut diberi penguat berupa
tanda yg jelas berupa mukjizat yang luar biasa.
Para rasul Allah SWT sangat banyak, sebagian ulama
mengatakan hingga mencapai 315 rasul. Sedangkan nabi Allah SWT mencapai
124.000. Di antara mereka ada yang wajib untuk diketahui dan ada yang tidak
wajib. Nabi dan rasul Allah SWT yang wajib diketahui berjumlah 25, yakni
1.
Adam
|
2.
Idris
|
3.
Nuh
|
4.
Hud
|
5.
Saleh
|
6.
Ibrahim
|
7.
Luth
|
8.
Ishak
|
9.
Ismail
|
10.
Ya'qub
|
11.
Yusuf
|
12.
Ayub
|
13.
Syu'aib
|
14.
Harun
|
15.
Musa
|
16.
Ilyasa'
|
17.
Zulkifli
|
18.
Daud
|
19.
Sulaiman
|
20.
Ilyas
|
21.
Yunus
|
22.
Zakaria
|
23.
Yahya
|
24.
Isa
|
25.Muhammad
S.A.W.
|
Sebagai utusan Allah SWT, para rosul adalah
manusia-manusia pilihan yang dibekali dengan keistimewaan-keistimewaan yang
tidak dimiliki makhluk Allah SWT yang lain. Begitu pula mereka diberikan
sifat-sifat kesempurnaan sebagai penguat atas risalah yang dibawa.
Khusus bagi Rasul, sebagai kesempurnaan dari
risalah yang disampaikan, Allah SWT menganugerahkan empat sifat kesempurnaan,
yang pasti dimiliki oleh seorang rasul Allah SWT. Yakni:
1.
Shidiq (jujur)
Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan
perbuatannya. Pujian Allah SWT kepada Nabi Ibrahim:
وَاذْكُرْفِيالْكِتَابِإِبْرَاهِيمَإِنَّهُكَانَصِدِّيْقًانَبِيًّا.
"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di
dalam al-Kitab (al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan lagi seorang Nabi." (QS. Maryam : 41).
Setiap rasul pasti jujur dalam pengakuan atas
kerasulannya. Dan apa yang disampaikan pasti benar adanya, karena memang
bersumber dari Allah SWT. Firman Allah SAW:
وَمَايَنطِقُعَنِٱلْهَوَىٰ،إِنْهُوَإِلاَّوَحْيٌيُوحَىٰ.
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (QS. an-Najm : 3-4)
.
2.
Tabligh (menyampaikan)
Setiap rasul pasti menyampaikan apa yang diterima
dari Allah SWT. Jika Allah SWT, memerintahkan rasul untuk menyampaikan wahyu,
seorang rasul pasti menyampaikan wahyu tersebut kepada kaumnya. Dalam al-Qur’an
disebutkan:
أُبَلِّغُكُمْرِسَالاَتِرَبِّيْوَأَنْصَحُلَكُمْوَأَعْلَمُمِنَاللهِمَالاَتَعْلَمُونَ.
"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi
nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu
ketahui". (QS. Al-A’raf : 62)
.
3. Amanah (bisa dipercaya)
Secara bahasa amanah berarti bisa dipercaya.
Sedangkan yang dimaksud di sini bahwa setiap rasul adalah dapat dipercaya dalam
setiap ucapan dan perbuatannya, karena rasul tidak mungkin melakukan perbuatan
yang dilarang dalam agama, begitu pula hal yang melanggar etika. Setiap rasul
tidak mungkin terperosok ke dalam perzinahan, pencurian, menkonsumsi minuman
keras, berdusta, menipu dan lain sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat
hasud, riya’, sombong, dusta dan sebagainya.
4. Fathonah (cerdas)
Dalam menyampaikan risalah Allah SWT, tentu
dibutuhkan kemampuan dan strategi khusus agar risalah yang disampaikan bisa
diterima dengan baik. Karena itu, seorang rasul pastilah orang yang cerdas.
Kecerdasan ini sangat berfungsi terutama dalam menghadapi orang-orang yang
membangkang dan menolak ajaran Islam. Dalam al-Qur’an disebutkan:
قَالُوايَانُوحُقَدْجَادَلْتَنَافَأَكْثَرْتَجِدَالَنَافَأْتِنَابِمَاتَعِدُنَاإِنْكُنْتَمِنَالصَّادِقِينَ.
"Mereka berkata: "Hai Nuh, sesungguhnya
kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu
terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada
kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." (QS. Hud : 32).
وَجَائِزٌفِيحَقِّهِمْمِنْعَرَضِبِغَيْرِنَقْصٍكَخَفِيْفِالْمَرَضِ
Adalah boleh bagi para rasul mengalami kejadian
yang dialami manusia
Tanpa mengurangi derajat mereka seperti sakit yang
ringan
A.
SIFAT WAJIB ROSUL
1.
Shidiq, artinya Jujur
2.
Amanah, artinya Terpercaya
3.
Tabligh, artinya Menyampaikan
4.
Fathonah, artinya Cerdas
B.
SIFAT MUSTAHIL ROSUL
1.
Kidzib (dusta)
2.
Khiyanat (tidak dapat dipercaya)
3.
Kitman (menyembunyikan wahyu)
4.
Baladah (bodoh)
C.
SIFAT JAIZ ROSUL
Para
rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa disebut
dengan
tubuhnya berperangi seperti manusia biasa.
اَعْرَضُ الْبَشَرِيَّةِ
yang
tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang luhur, misal sakit,
lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri dan sebagainya.
Mustahil
mereka menjadi kekurangan (tidak seperti manusia normal) seperti sakit gila.
Perbedaan nabi dan rosul
Nabi adalah
seorang manusia yang menerima wahyu dari Allah SWT, namun tidak ada perintah
untuk disampaikan kepada kaumnya.
Sedangkan rasul,
selain menerima wahyu ia juga diperintahkan untuk menyampaikannya kepada kaum.
Maka bisa dikatakan bahwa setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak semua nabi
adalah rasul.
Wajib atas sekalian Mukallaf
itu mengetahui sekalian putra-putri Nabi kita Muhammad dan sekalian isterinya
dan sekalian saudara bapanya.
Adapun Putra-Putri Nabi kita Muhammad itu ada tujuh;
3 tiga laki-laki:
1. Pertama:
Sayyiduna Qasim
2. Kedua:
Sayyiduna Ibrahim,
3. Ketiga:
Sayyiduna ‘Abdullah yaitu yang punya julukan Toyyib dan Tohir
empat diantaranya perempuan
yaitu:
1. Pertama:
Siti Fathimah,
2. Kedua:
Siti Zainab
3. Ketiga:
Siti Ruqaiyyah
4. Keempat:
Ummu Kaltsum
isteri-isteri Nabi yang
ditinggal pada waktu wafatnya beliau ada sembilan orang:
1. Pertama:
Siti ‘Aishah
2. Kedua:
Siti Hafsoh
3. Ketiga:
Siti Saudah
4. Keempat:
Siti Sofiyyah
5. Kelima:
Siti Maimunah
6. Keenam:
Siti Ramlah
7. Ketujuh:
Siti Hindun dikenal dengan Ummu Salamah
8. Kedelapan:
Siti Zainab
9. Kesembilan:
Siti Juwairiyah
Dan Isterinya yang wafat lebih dahulu
dari Nabi itu dua iaitu:
1. Siti
Khodijah
2. Siti
Zainab
saudara bapanya yang masuk
islam ada tiga; 2 laki-laki dan 1 perempuan
1. Sayyiduna Hamzah
2. Sayyiduna
‘Abbas
3. Siti
Sofiyyah.
Ibu Susu nabi ada dua orang :
1. Pertama:
Siti Halimah As-Sa’diyah
2. Kedua:
Siti Tsuwaibah Al-Aslamiyah
Pemegang kepemimpinan islam
setelah Nabi Muhammad wafat disebut Khulafaur rosyidin ada 4 orang yaitu:
1. Sayyiduna Abu Bakar As-Shiddiq
2. Sayyiduna ‘Umar Ibn Al-Khoththob
3. Sayyiduna ‘Utsman Ibn ‘Affan
4. Sayyiduna ‘Ali Ibn Abi Tholib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar