Saat Itu, Aku Seperti Isim
Mufrod, Tunggal Sendirian Saja…
Seperti Kalimat Huruf,
Sendiri Tak Bermakna…
Seperti Fi’il Laazim,
Mencintai Tak Ada Yang dicinta…
Tak Mau Terpuruk Dan Terdiam,
Aku Harus Jadi Mubtada’,
Memulai Sesuatu..
Menjadi Seorang Fa’il,
Yang Berawal Dari Fi’il...
Namun Aku Seperti Fi’il
Mudhoori’ Alladzii Lam Yattashil Biaakhirihiisyaiun…
Mencari Sesuatu, Tapi Tak
Bertemu Sesuatu Pun Di Akhir…
Bertemu Denganmu Adalah Khobar
Muqoddam, Sebuah Kabar Yang Tak Disangka…
Aku Pun Jadi Mubtada’
Muakkhor, Perintis Yang Kesiangan….
Aku Mulai Dengan Sebuah Kalam,
Dari Untaian Susunan Beberapa Lafadz…
Yang Mufid, Terkhusus Untuk Dirimu
Dengan Penuh Mak’na…
Dari Sini Semua Bermula…
Aku Dan Kamu, Bagaikan Idhofah…Aku
Mudhof,Sedang Kamu Adalah Mudhof Ilaih Nya….Sungguh Tak Bisa
Dipisahkan….
Cintaku Padamu, Beri’rob
Rofa’. Betul betul Tinggi Bertanda Dhummah. Bersatu….
Cinta Kita Bersatu, Mencapai
Derajat Yang Tinggi…..
Saat Mengejar Cintamu, Aku Cuma
Isim Beri’rob Nashob.
Susah Payah….Yang Bertanda
Fathah. Terbuka….Sehigga Hanya Dengan Bersusah Payah Maka Cinta Itu Kan
Terbuka.
Setelah Mendapatkan Cintamu,
Tak Mau Aku Seperti Isim Yang Khofadh.
Hina Dan Rendah Bertanda
Kasroh. Terpecah Belah...
Sehingga Jika Kita Berpecah Belah Tak Bersatu,
Rendahlah Derajat Cinta Kita
Karenanya, Kan Kujaga Cinta
Kita, Layaknya Fiil Beri’rob Jazm. Penuh Kepastian
Bertanda Dengan Sukun
Ketenangan…
Kan Kita Gapai Cinta Yang Penuh Damai, Saat Semua Terikat Dengan
Kepastian Tanpa Ragu-Ragu,,,,
Seperti Mubtada’ Khobar, Dimana
Ada Mubtada’ Pasti Ada Khobar.
Setiap Ada Kamu Pasti Ada Aku
Yang Selalu Mendampingi Mu Disetiap Langkahmu.
Seperti Tarkib Idhofah, Dimana
Mudlof Dan Mudlof Ilaih Menyebabkan Hubungan Dan Tak Boleh
Ditanwin, Karena Tanwin Menunjukkan Perpisahan.
Hubungan Pertalian Antara Aku
Dan Kamu Yang Menyebabkan Tumbuhnya Cintaku.Seperti Isim Alam, Perasaanku
Padamu Itu Menyebabkan Adanya Nama, Yaitu “Cinta”.
Seperti Isim Isyaroh, Daun
waru Ini Sebagai Lambang Cintaku Padamu.
Seperti Nida’, Dimana
Ini Adalah Sebuah Panggilan.
Aku Memanggilmu Dengan Sebutan
“Sayang”.
Bila Dirimu Dekat Aku
Memanggilmu “Hai, Yang”.
Bila Dirimu Jauh Aku
Memanggilmu “Wahai Sayang”.
Seperti Maf’ul Liajlih, Perasaan
Yang Didatangkan Untukku Ini Menjelaskan Penyebab Terjadinya Cintaku Padamu.
Seperti Mustasnaa, Tak
Ada Seseorang Yang Kucinta Kecuali Dirimu.
Seperti Masdar, Kamu
Berada Diurutan Yang Ketiga Diantara Yang Kucinta. Pertama Adalah Cintaku
Kepada Allah Dan Rasul.
Kedua Kepada Orang Tuaku Guru Dan Ulama.
Ketiga Adalah Cintaku Padamu.
Seperti Maf’ul Beh, Kamu
Adalah Yang Menjadi Subyek Seseorang
Yang Aku Idamkan.
Seperti Hal,Tingkah Lakumu Yang
Membuat Diriku Jatuh Cinta Padamu…..
Cinta Itu Seperti Kalimat
Isim Cinta Itu Tidak Dibatasi Oleh Waktu
Cinta Itu Seperti Mubtada
Khobar Andai Adinda Mubtada, Maka Kakanda Akan Menjadi Khobarnya
Seorang Kakanda Akan Selalu Ada
Untuk Adinda
Cinta Juga Bagaikan Fi’il
& Fa’il
Dirinya Tak Ada Artinya
Tanpa Kehadiran Kekasihnya
Dan Juga Bagaikan Jar Majrur
Kemanapun Kekasihnya Pergi, Ia Kan Slalu
Menemaninya.
Atau Bahkan Seperti Syarat
Jawab
Bila Kekasihnya Tidak Ada, Apalah Arti Hidupnya?
Wahai Ternyata Tidak Selamanya
Perasaan Ini Mabni.
Tapi Sungguh Sulit Mengadzfu
Bayangmu.
Padahal Aku Sudah Mencoba
Memasukkan Amil-Amil Lain.
Namun Tetap Saja Sulit Mencari Pembadalmu.
Kamu Memang Benar-Benar Fail
Yang Sempurna.
Yang Membuat Perasaan Ku
Semakin Mentaukid.
Walau Antara Kita Mungkin Tak
Pernah Terathofkan.
Akuingin Mengidhofkan
Perasaanku Ini Padamu.
Lalu Bagai Mana Hal-Mu
Atas Perasaanku ???
Lebay cuy....!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar