PUASA/SHIYAM
Definisi puasa
ialah
اِمْسَكٌ
عَنْ مُفْطِرٍ بِنِيَّةٍ مَحْصُوْصَةٍ جَمِيْعَ نَهَارٍ
Menahan diri dari perkara yang
membatalkan puasa dengan niat tertentu sepanjang hari.
Penjelasan: Bahwa puasa adalah menahan diri
dari makan, minum, hubungan suami istri siang hari, dan dari setiap hal yang
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari,
dengan niat yang murni hanya karena mematuhi perintah Allah swt
Puasa
adalah menahan diri dari makan dan minum dan
dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar
hinggalah terbenam matahari.
Sebab-sebab yang mewajibkan melakukan
puasa Ramadhan:
1.
Ru’yatul Hilal:
A
Setiap orang yang melihat bulan dengan matanya sendiri,
maka wajib atasnya berpuasa, walaupun Sabit Ru’yah (terlihat bulan
sabit) malam itu atau tidak. Begitupun bagi orang yang tidak melihat bulan,
jika ia mengi’tiqadkan (meyakini diri) akan kebenaran orang yang melihat bulan
itu, sekalipun yang melihatnya itu orang yang bukan adil, maka wajib atasnya
berpuasa.
A Jika orang hanya menyangka
(mengira-ngira) akan kebenaran orang yang melihat bulan itu, maka boleh baginya
puasa.
A Jika ia syak (meragukan) akan kebenaran
yang melihat bulan itu, maka tidak diharuskan baginya berpuasa.
2.
Hisab (hitungan):
Berpuasa dengan memakai Hisab (perhitungan) dalam
menetapkan bulan Ramadhan, atau bulan Sya’ban atau lainnya, maka tidak
mengharuskan orang berpuasa, melainkan jika yang menghisab itu (mengitung itu)
orang yang telah pandai ilmunya dalam ilmu Hisab Taqwim yaitu ilmu yang
mempelajari akan perjalanan Matahari, Bulan, Buruj dan munzalah
A Maka apabila seseorang mengetahui akan
sekalian ilmu itu, disebutlah orang itu Hasib (ahli menghitung), boleh
bagi dirinya sendiri berpuasa dengan hisab taqwimnya
A Jika seseorang kepandaian ilmu hisabnya
hanya sekedar taqlid (garis besar) saja, atau disebut Ahjaza Dabawuda
padahal ia tidak mengetahui akan taqwim seperti yang tersebut di atas, maka
tidak boleh dan tidak sah baginya berpuasa dengan hisabnya itu. Karena bukan seperti
itu yang dinamakan Hasib (ahli hitung) oleh kalangan ulama.
3.
Hisab dan Ru’yah:
Jika satu orang melihat bulan Sya’ban dengan matanya
sendiri atau ia mengi’tiqadkan (berkeyakinan) akan kebenaran orang yang
melihatnya, sekalipun orang itu bukan adil; maka apabila cukup hitungan 30
(tigapuluh) hari akan bulan Sya’ban, wajiblah bagi keduanya itu berpuasa
sekalipun orang lain kebanyakan belum berpuasa.
Dan hukum ini berlaku hanya kepada orang tersebut saja.
Tetapi jika hanya sekedar mendapat keterangan dari salah
satu orang yang melihat bulan itu, maka tidak harus baginya berpuasa.
Penentuan Puasa Secara Umum:
Sedangkan hukum berpuasa secara umum pada sebagian orang adalah:
A Jika bulan Sya’ban itu dilihat oleh
banyak orang pada malam 30 (tigapuluh) Rajab.Maka apabila telah cukup 30
(tigapuluh) hari dari bulan Sya’ban, wajiblah hukumnya berpuasa bagi sekalian
orang pada negeri itu, sekalipun tidak terlihat bulan Ramadhan atau tidak ada Qadhi
Syar’i (orang atau lembaga yang menerima akan suatu kesaksian misalnya
Departemen Agama) pada negeri itu.
A Jika telah cukup 30 Sya’ban, 30 Kamal
Rajab dan dari ru’yahnya pula yang sabit pada orang-orang banyak adanya, maka
wajib berpuasa secara umum jika pada malam 30 Sya’ban dapat terlihat bulan
Ramadhan oleh orang banyak.
A Jika pada malam 30 Rajab atau 30 Sya’ban
atau 30 Ramadhan tidak banyak orang yang melihat bulan, melainkan hanya dua
atau tiga orang, kemudian beberapa orang itu bersaksi bahwa mereka mengaku
dengan sebenar-benarnya melihat bulan, maka syarat memberlakukan puasa secara
umum adalah seperti yang disebut oleh sebahagian besar ulama di dalam kitab
yang mu’tamad, bahwa saksi-saksi itu harus lengkap padanya syarat-syarat adil,
dan syarat-syarat mar’ut, dan diterima akan saksi-saksi itu oleh qadhi syar’i,
yaitu yang sempurna baginya ruku-rukun qadhi dan syarat-syaratnya.
Jika tidak sempurna baginya yang
demikian itu, atau tidak sempurna bagi saksi-saksi akan syarat-syarat adil dan
syarat-syarat mar’ut, maka tidak wajib dan tidak harus bagi umum sekalian
berpuasa, malainkan hanya bagi orang-orang yang mengi’tiqadkan (berkeyakinan)
kebenaran akan saksi-saksi itu, maka wajib baginya berpuasa, itupun jikalau
tidak didapat keterangan yang menyalahkannya (membantah).
syarat-syarat adil adalah bahwa orang
tersebut memiliki sikap sebagai berikut:
1. Selalu memerintahkan akan yang wajib,
dan mencegah atas perbuatan yang haram.
2. Tidak pernah mendengarkan bunyi-bunyian
yang haram.
3. Mencegah orang lain meninggalkan shalat.
Syarat-syarat Sahnya Puasa
Syarat-syarat Shahnya berpuasa adalah:
1. Islam.
2. Niat setiap malam pada puasa wajib
seperti Ramadhan atau puasa wajib lainnya. Jika puasa sunnah maka afdhalnya
niatnya pada malamnya, tetapi boleh niatnya sebelum tergelincir Matahari dan
belum makan dan minum.
Lafaz niat Puasa Ramadhan yang aqmal adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ أَنْ أَدَاءِ فَرْضِ
شَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Niat
saya puasa esok hari untuk menunaikan fardhu bulan Ramadhan pada
tahun ini Lillahi Ta’ala. (niat ini dibaca di dalam hati)
3. Mencegah diri dari sengaja makan dan
minum, serta memasukkan sesuatu barang atau benda kedalam lubang badannya.
4. Mencegah diri daripada sengaja muntah.
5. Mencegah diri daripada jima’ atau
pekerjaan lainnya yang mengeluarkan mani.
§ Apabila makan atau minum atau jima’ oleh
karena ia lupa, tidak menjadi batal puasanya.
§ Tetapi jika ia ingat pada tengah-tengah
pekerjaan yang demikian itu maka wajib segera diberhentikan.
§ Tidak batal puasa jika menelan ludah
yang tidak dicampur apa-apa seperti riak/lendir atau darah atau bekas-bekas
sisa makanan, atau lainnya.
§ Adapun merokok maka membatal-kan puasa
karena termakan sedikit diludahnya yang bercampur dengan sedikit bekas-bekas
benda itu.
6. Suci daripada Haidh (menstruasi) dan
Nifas (mengeluarkan darah melahirkan) pada waktu berpuasa itu.
7. Berakal pada waktu berpuasa itu.
§ Apabila mendapat haid (mens) atau nifas
(keluar darah) sekalipun sedikit dan waktunya sebentar saja pada hari berpuasa
itu, maka batal puasanya.
§ Demikian pula jika mendapat hilang akal
seperti gila atau mabuk daripada minuman atau makanan maka batal puasanya
sekalipun hilang akal atau mabuknya itu hanya sebentar saja.
§
Adapun mabuk yang diuzurkan oleh Syara’ misalnya, pada
malamnya (atau diwaktu sahur) ia makan suatu makanan yang dia tidak mengetahui
bahwa makanan itu memabukkan. Jika tiba-tiba pada siang harinya ia menjadi
mabuk, maka tidak menjadi batal puasanya, jika mabuknya tidak terus-menerus
pada seharian itu.
§ Demikian pula jika mendapat penyakit epilepsi (ayan), jika tidak terus-menerus pada
seharian itu, maka tidak batal puasanya.
§
Hari-hari yang diharamkan berpuasa:
1. Tidak Sah dan haram hukumnya orang yang
berpuasa pada dua hari raya yaitu hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha.
2. Tidak Sah dan haram orang yang berpuasa
pada hari-hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 daripada bulan haji atau
Zulhijjah.
3. Haram hukumnya mengawali puasa pada hari
yang syak (ragu-ragu), yaitu pada hari tanggal 30 Sya’ban jika ada yang
mengabarkan bahwa ada orang melihat bulan tetapi tidak cukup syarat qabulnya.
Sebagaimana yang tersebut maka bersabda Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَ
أَ بَا الْقَاسِمِ.
Artinya: Barangsiapa berpuasa dihari
Syak maka niscaya bermaksiat olehnya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
4. Haram hukumnya berpuasa sunnah yang di
mulai dihari 16 bulan Sya’ban hingga akhir bulan Sya’ban.
Syarat-syarat Wajib Berpuasa
Syarat-syarat Wajib Berpuasa:
1. Islam
2. ‘Aqil Balligh (berakal dan dewasa)
3. Kuasa.
Tidak wajib qadha puasa atas seorang kafir jika masuk Agama Islam, begitu
pula kepada orang gila bila sudah sembuh dan juga anak-anak jika telah balligh
(dewasa).
§ Wajib atas seorang Bapak dan Ibu untuk
memerintahkan anak-anaknya untuk berpuasa ketika anaknya itu telah berumur 7
tahun, dan boleh dipukul dengan pukulan yang tidak melukai bilamana anak
tersebut tidak mau berpuasa padahal anak itu telah berumur 10 tahun, itupun
jika anak-anak tersebut kuasa untuk berpuasa.
§ Tidak wajib berpuasa bagi orang yang
tidak kuasa berpuasa dikarenakan karena kondisi usia tua, atau karena terkena suatu penyakit yang
tidak dapat diharapkan lagi kesembuhannya.
§ Tetapi Wajib atas keduanya itu untuk
mengeluarkan fidyah setiap hari 1 (satu) mud selama ia tidak berpuasa, yaitu
setengah gentong fitrah (2,5 kg) yang diberikan kepada fakir miskin seperti
zakat fitrah.
§ Orang yang sakit yang tidak sanggup
berpuasa atau orang yang sedang berlayar (musafir) sejauh dua marhalah (90 KM)
maka boleh bagi keduanya itu tidak berpuasa, tetapi wajib qadha’ di kemudian
hari, adapun jika ia tidak mengqadha’ hingga bertemu lagi pada bulan Ramadhan
berikutnya, maka wajib bagi keduanya itu bersama-sama dengan qadha’ puasanya
adalah membayar fidyah atas tiap-tiap hari yang tidak berpuasa 1 (satu) mud.
§ Jika orang tersebut senantiasa sakit
terus-menerus hingga meninggal dunia, maka tidak wajib suatu apapun.
§ Jika orang tersebut telah sembuh dan
sehat yang membolehkan dia membayar qadha’ puasanya, tapi tidak juga dia
membayar qadha’nya itu hingga dia meninggal dunia, maka wajib padanya tiap-tiap
satu hari tidak berpuasa adalah 1 (satu) mud.
Makruh Dalam Berpuasa
Makruh (dibenci Allah SWT) atas orang yang berpuasa
memakai wangi-wangian, sifat mata, bersugi (sikat gigi) apabila sudah gelincir
matahari.
Sunnah-Sunnah Dalam Berpuasa
Sunnah-sunah dalam berpuasa, yaitu:
1. Membaca kitab suci Al-Qur’an dengan
memakai adab dan tatacaranya.
2. Sunnah berI’tikaf (berdiam) di dalam
Masjid.Terutama 10 hari terakhir bulan Ramadhan
3. Menyegerakan berbuka puasa jika yakin
sudah masuk Maghrib.
4. Mengakhirkan waktu sahur sebelum masuk
waktu imsak.
5.
Menjamu/memberi
makan orang-orang yang berbuka puasa
6.
Mandi
junub,haid dan nifas sebelum fajar
7.
Memperbanyakkan
ibadah dan berbuat kebaikan
8.
Memperbanyakkan
ibadah dan berbuat kebaikan
9. Sunnah berbuka puasa dengan kurma.
10. Sunnah membaca do’a ini setelah berbuka
puasa:
أَللَّـهُمَّ
لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَمَأُ وَابْتَلَتِ
الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَلَى.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku bagi Engkau aku
berpuasa dan atas rizki Engkau aku berbuka puasa, telah berlalu rasa dahaga dan
telah basah selurut urat-urat badan, dan telah tetap ganjaran pahalanya Insya
Allah Ta’ala.
Yang Membatalkan Pahala Puasa
a. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga
dengan sengaja kecuali terlupa
b. Makan dan minum sepanjang hari
c. Muntah dengan sengaja
d. Bersetubuh atau keluar mani dengan
sengaja
e. Keluar darah haid & nifas
f. Gila
g. mabuk sepanjang hari
h. Murtad
Tersebut di dalam Hadist Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:
خَمْسُ يُفْطِرْنَ
الصَّائِمَ الْكِذْبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ.
Artinya:
Ada lima perkara yang membatalkan pahala
puasa, yaitu: Berdusta (berbohong), mengumpat (marah-marah), mengadu domba satu
sama lain (menceritakan orang), bersumpah dusta (sumpah bohong), melihat dengan
syahwat.
Perkara
makruh ketika berpuasa
a.
Berbekam
b.
Mengeluarkan
darah
c.
Berkucup
d.
Merasa
makanan
e.
Bersugi
selepas gelincir matahari
f.
Mencium
wangian
Puasa-puasa Sunnah
Puasa-puasa sunnah yang dapat dikerjakan adalah:
1. Sunnah berpuasa pada 6 hari di bulan
Syawwal dan afdhalnya dari hari yang ke-2 setelah Hari Raya Idhul Fitri,
berturut-turut.
2. Sunnah berpuasa pada tanggal 8 dan 9
bulan Zulhijjah, yaitu yang dinamakan yaumal tarwiyah (hari tarwiyah)
dan yaumal arofah (hari orang berwukuf).
3. Sunnah berpuasa pada tanggal 9 dan 10
bulan Muharram, yaitu yang dinamakan yauma tasu’a dan yauma ‘asyura.
4. Sunnah berpuasa di bulan Rajab, bulan
Sya’ban, bulan Zulqaidah, dan bulan Zulhijjah selain daripada hari raya Idhul
Adha dan hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah.
5.
Sunnah berpuasa pada setiap hari Senin dan Kamis.
5. Puasa tiga hari daripada tiap-tiap
bulan pada 13,14 & 15
6. Puasa satu hari berbuka satu hari buka
(puasa nabi daud)
7. Puasa delapan hari daripada bulan
Zulhijjah sebelum hari Arafah bagi orang yang sedang mengerjakan haji atau
tidak.
Puasa
Makruh :
a.
Menentukan
hari untuk berpuasa seperti jumaat saja,Sabtu & Ahad saja
b.
Berpuasa
sepanjang tahun
Puasa
Haram :
a.
Puasa
sunat seorang perempuan tanpa izin suaminya
b.
Puasa
pada hari syak iaitu pada hari 30 Sya’ban
c.
Puasa
pada hari raya aidil fitri,hari raya aidil adha dan hari-hari Tasyrik
d.
Puasa
perempuan haid & Nifas
e.
Puasa
bagi orang yang bimbang berlakunya mudharat ke atas dirinya kerana berpuasa
Syarat-syarat
Puasa
Terbahagi
kepada 2 :
1)
Syarat-syarat
wajib
2)
Syarat-syarat
sah
Syarat
wajib
a. Islam
b. baligh
c. berakal
d. berupaya(sihat)
e. bermukim
Syarat
Sah
a. Islam
b. Berakal
c. Bersih daripada haid & Nifas
sepanjang hari
d. Niat
Rukun
Puasa
a. Niat
b. Menahan diri dari makan & minum
serta perkara-perkara yang membatalkannya
Masa
Puasa
Puasa
bermula dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Faedah
Puasa
a. Melahirkan perasaan belas kasihan
terhadap golongan miskin
b. Mendidik nafsu & jiwa kearah
kebaikan
c. Dapat merasai apa yang ditanggung oleh
golongan miskin
d. Puasa merupakan perbuatan taat kepada
Allah
e. Mendidik budi pekerti untuk memiliki
sifat-sifat terpuji
f. Puasa mengajar seseorang supaya
beramanah terhadap diri sendiri
g. Puasa mengajar kesabaran dan
berperaturan
h. Puasa menyebarkan perasaan kasih sayang
& persaudaraan dalam jiwa manusia
Keudzuran/keringanan
yang mengharuskan berbuka puasa
a. Musafir
b. Sakit
c. Mengandung & Ibu yang menyusukan
anak
d. Tua
Niat
Puasa dan Qadha’ Puasa Ramadhan
1) Lafaz niat puasa fardhu Ramadhan :
نويت صوم غد عن أداء فرض شهررمضان هذه
السنة لله تعالى.
Artinya : Niat saya berpuasa pada esok hari menunaikan
fardhunya bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Taala.
2) . Lafaz niat puasa Qodlo’ Ramadhan :
نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى .
Artinya :Niat saya berpuasa pada esok hari sebagai ganti fardhu Ramadhan kerana Allah Taala.
Hukum
Qada’ Puasa Ramadhan
Wajib
menggantikan puasa Ramadhan bagi yang membatalkan puasa Ramadhannya contoh
kerana udzur syar’i seprti sakit
Firman
Allah Ta’ala :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى
الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا
فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya
: (Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa
diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian
wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain
dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan
sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi
tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan
sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu
adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik
bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”. (Surah Al-Baqarah
Ayat 184)
Waktu
Qada’ Puasa Ramadhan
-
Waktunya selepas bulan Ramadhan sehingga ke bulan Ramadhan yang berikutnya
walaubagaimanapun qada’ puasa yang dilakukan dalam masa dilarang berpuasa
adalah tidak sah contohnya seperti di hari raya.
-
Adapun bagi orang yang mengakhirkan qada’ Ramdhan tanpa uzur sehingga Ramadhan
yang berikutnya datang lagi maka ia wajib qada’ dan membayar fidyah.
Kifarah
Puasa
Adalah
jika seseorang yang mencederai/merusak hakikat ibadah puasa di bulan Ramadhan
dengan jalan melakukan jima’ (melakukan hubungan suami istri di siang hari) maka
ia wajib membayar kifarah (denda) yaitu si suami wajib mengeluarkan kifarah
& qada’ puasa yang terbatal kerana jima’ walaubagaimanapun si isteri tidak
wajib mengeluarkan kifarah tetapi wajib qada’ puasa yang terbatal.
Kifarah
(tebusan) bagi puasa yang batal atau rusak ialah :
1)
Membebaskan
seorang hamba yang beriman
2)
Jika
tidak ada hamba untuk dibebaskan, wajib baginya berpuasa 2 bulan berturut-turut
3)
Jika
tidak mampu berpuasa, wajib dia memberikan makan 60 orang fakir miskin setiap
seorang mendapat secukup makanan di negeri itu.
Hukum
Fidyah
Wajib
di keluarkan berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى
الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا
فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya
: (Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa
diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian
wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain
dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan
sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi
tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan
sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu
adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik
bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”. (Surah Al-Baqarah
Ayat 184)
Sebab-sebab
wajib Fidyah
1)
Tidak
mampu melakukan ibadah puasa
2)
Sakit
yang tidak mampu untuk sembuh
3)
Perempuan
hamil atau menyusukan anak iaitu jika berpuasa mendatangkan mudharat kepada
anak yang di kandung dan boleh mengurangkan air susu
4)
Mengakhirkan
qada’ Ramadhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar