BAB I
PENJELASAN
TENTANG WUDLU
Wudhu’
Secara bahasa adalah membaguskan
Adapun
secara istilah adalah suatu perbuatan menggunakan air pada anggota-anggota
tertentu.
Dari
segi syara‘, wudhu’ bermaksud membersihkan sesuatu yang tertentu dengan
beberapa perbuatan yang tertentu.
A.
Fardlu
wudlu ada 6
1.
Niat
2.
Membasuh muka
3.
Membasuh tangan sampai siku
4.
Mengusap sebagian rambut kapala
5.
Membasuh kaki sampai mata kaki
6.
Tertib ( berurutan)
B Syarat – Syarat Wudlu
1.
Islam
2.
Tidak berhadas besar
3.
Dengan air suci dan mensucikan(
mutlak )
4.
Tamyiz yakni dapat membedakanbaik
buruknya suatu pekerjaan
5.
Mengetahui mana yang wajib dan
mana yang sunah (Mengetahui kefardhuan wudhu’.)
6.
Tidak ada sesuatu yang
menghalangi air sampai ke anggota wudlu,seperti cat,getah,lem dll
7.
Tidak terdapat perkara-perkara
yang membatalkan wudhu’ seperti darah haidh, nifas, air kencing dan
seumpamanya.
8.
Masuk waktu sembahyang bagi
orang yang berterusan dalam keadaan hadath seperti orang yang menghidap
penyakit beser
9.
Tidak menganggap amalan fardhu
di dalam wudhu’ sebagai amalan sunat.
10. Muwalat,
yaitu berurutan.
CSunah-sunah
Wudlu
1.
membaca basmalah
2.
membasuh kedua telapak tangan
3.
berkumur-kumur
4.
membasuh lobang hidung /
menghisap air lewat hidung
5.
mengusap seluruh kepala
6.
mendahulukan anggota yang kanan
7.
membasuh telinga
8.
Mengulang tiga kali
setiap basuhan
9.
Membasuh sela-sela jari tangan
dan kaki
10. Membaca
do’a sesudah wudlu
D. Hal- hal yang membatalkan Wudlu
1. Bersentuhan
kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
2. Tersentuh
kemaluan ( kubul dan dubur ) dengan telapak tangan
3. Mengeluarkan
sesuatu dari kubul dan dubur seperti air kencing,buang angin dll
4. Hilang
akal sebab gila, pingsan, ayan,mabuk dan tidur nyeyak.
E. Niat Wudlu
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ
اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِّلَّهِ تَعَالَى
Nawaitul
Wudlu’a lirof’il hadatsil ashghori fardlo lillahi ta’aalaa.
F.
Do’a Susudah Wudhlu
اَشْهَدُ
اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ
وَاجْعَلنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلنِى مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
“
Asyhadu alla illaha illalloh wahdahu laa syariikalahu, wa asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhuu warasuuluh. Allahummaj’alnii minattawwaabiina waj’alnii
minal mutathohhiriin. “
PANGGILAN SHOLAT
ADZAN
Adzan
secara bahasa berarti pemberitahuan.
Secara
Hukum syara‘ adzan adalah: gabungan perkataan sebagai pemberitahuan tentang masuknya
waktu sholat dengan lafaz-lafaz tertentu.
Lafadz
Adzan yaitu:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ ×2
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ ×2
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ
اللهِ ×2
حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ ×2
حَيَّ عَلَي الْفَلاَحِ ×2.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ .
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ .
Allaahu
akbar Allaahu akbar 2X
Asyhadu
alla illaaha illalloh. 2X
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh 2X
Hayya
‘alash sholaah 2X
Hayya
‘alal falaah 2X
Alloohu
akbar Alloohu akbar
Laa
illaaha illallooh.
Do’a
setelah adzan dan iqomah:
اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ. آتِ سَيِّدَ نَا مُحَمَّدَ نِالْوَسِيْلَةَ
وَالْفَضِيْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ , وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَّحْمُوْدَا
نِ الَّذِى وَعَدْتَهُ اِنَّكَلاَتُحْلِفُ الْمِيْعَادَ وَصَلَّى اللهُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma
Robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo’imah aati sayyidinaa
Muhammadanil wasiilaata wal fadliilah, wad darojatar rofii’ah, wab-atshu
maqoomam mahmuudanilladzii wa’adtah. Innaka laa tukhliful mii’aad.
Washollalloohu ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallam.
IQOMAH
Iqamah
adalah ucapan tertentu untuk membangkitkan para hadirin mengerjakan sholat. Dengan
kata lain iqomat adalah pemberitahuan bahwa sholat akan segera dimulai.
Bacaan
Iqomah :
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَشْهَدُ
اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ .
اَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِحَيَّ عَلَي
الْفَلاَحِ.قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةِ 2x. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ . لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
Allaahu
akbar Allaahu akbar.
Asyhadu
alla illaaha illalloh.
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh
Hayya
‘alash sholaah
Hayya
‘alal falaah
Qod
qoomatis shoolah 2 x
Alloohu
akbar Alloohu akbar
Laa
illaaha illallooh.
Jawaban
Adzan dan Iqomat
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ : اَقَامَهَا اللهُ وَاَدَامَهَاوَمِنْ
صَالِحِ اَهْلِهَا
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ : مَرْحَبًا بِالْقَائِلِيْنَ عَدْلاً .
مَرْحَبًا بِالصَّلوةِ وَعَدْلاً
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًارَّسُوْلُ اللهِ : مَرْحَبًا بِذِكْرِ اللهِ
تَعَالى قُرَّةَ اَعْيُنِنَا بِكَ يَارَسُوْلُ اللهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ : لاَحَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ : لاَحَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ
بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِّنَ النَّوْمِ : صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ يَارَسُوْلُ اللهِ
Allaahu
akbar Allaahu akbar. : Aqomahawloohu wa adaanahaa min shoolihi ahliha
Asyhadu
alla illaaha illalloh. :marhaban bil qooiliin adlan, marhaban bis shoolaati
wa adlan
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh: marhaban bidzikrillahi taala qurrota a’yunina
bika ya rosulolloh
Hayya
‘alash sholaah: laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim
Hayya
‘alal falaah : laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim
Assholatu
Khoerum minan naum : shodaqta wa barorta ya rosululloh
BAB III
BAB III
Shalatsecara
bahasa adalah doa
Sedang
secara istilahadalah Ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihrom dan diakhiri
dengan salam dengan sarat dan rukun tertentu.
1.
Syarat Wajib Shalat
§
Islam
§
Berakal sehat,
§
Baligh
§
Suci dari haid dan nifas
§
Telah sampai dakwah tentang
sholat
2.Syarat
Sah Shalat
§ Suci
dari hadats kecil dan besar
§ Suci
badan pakaian dan tempat
§ Menutup
aurat
§ Mengetahui
waktu shalat / telah masuk waktu shalat.
§ Menghadap
kiblat
3.Rukun
Shalat
§ Niat
§ Takbiratul
Ihram
§ berdiri
bagi yang kuasa
§ membaca
surat Al Fatihah
§ Rukuk
dengan thuma’ninah
§ I’tidal
dengan thuma’ninah
§ Sujud
dengan thuma’ninah
§ Duduk
diantara sujud dengan thuma’ninah
§ Duduk
tasyahud akhir
§ Membaca
tasyahud akhir
§ Membaca
shalawat Nabi pada tasyahud akhir
§ Membaca
salam yang pertama
§ Tertib
(berurutan )
4.
Yang Membatalkan Shalat
a.
Kedatangan hadast kecil atau
besar.
b.
Kedatangan/kejatuhan najis yang
tiada dimaaf, melainkan jika
najis yang kering dan segera dijatuhkan dengan
tiada memegang atau memikulnya dan
tiada ada bekas-bekasnya ditempat kenanya itu
c.
Terbuka aurat jika tidak segera
ditutup.
d.
Dengan sengaja menyebut dua
huruf sekalipun tidak ada artinya atau satu
huruf yang ada memiliki arti.
e.
Sengaja makan atau minum
sekalipun sedikit atau banyak,sekalipun karena lupa.
f.
Bergerak tiga kali
berturut-turut sekalipun karena lupa.
g.
Menambah satu rukun fi’li
dengan sengaja.
h.
Mendahulukan gerakan Imam
dengan dua rukun fi’li atau ketinggalan daripadanya dengan dua rukun fi’li
dengan tiada uzur (sebab).
i.
Niat di dalam hati untuk
membatalkan shalat atau menggantungkan
niat itu dengan sesuatu barang (keadaan) atau pergi datang fikiran untuk
membatalkannya itu.
A.
Sunnah di dalam Shalat, yaitu:
1. Sunnah mengangkat kedua tangan pada;
takbiratul ihram, ketika hendak ruku, bangun daripada ruku’ dan bangun daripada
tasyahud awal.
2. Sunnah membaca do’a istiftah setelah
takbiratul ihram.
3. Sunnah membaca اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِsebelum membaca Al-Fatihah.
4. Sunnah membaca آمِيْنْ setelah membaca
Al-Fatihah.
5. Sunnah membaca surah pada dua raka’at
Shalat Subuh dan dua raka’at pada shalat-shalat yang lain.
6. Sunah membaca dengan jahir (keras) bagi munfarid
(shalat sendiri) dan bagi imam pada dua raka’at Shalat Shubuh, Shalat Jum’at,
Shalat Idhul Fitri & Idul Adha, dan dua raka’at pada permulaan Shalat
Maghrib dan Isya.
7. Sunnah mengucapkan takbir intiqal
yakni mengucapkan اَللهُاَكْبَرُketika berpindah daripada suatu rukun
kepada rukun yang lain, melainkan ketika bangun dari ruku’ maka sunnah
mengucapkan سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ..
8. Sunnah membaca tasbih pada saat ruku’
dan sujud sebanyak tiga kali.
9. Sunnah membaca do’a I’tidal.
10. Sunnah membaca do’a qunut setelah do’a
I’tidal pada Shalat Subuh.
11. Sunnah membaca do’a antara dua sujud.
12. Sunnah membaca do’a setelah tasyahud
akhir.
13. Sunnah meletakkan kedua tangan dibawah
dan diatas pusar ketika sedang berdiri Shalat.
14. Sunnah memandang kepada tempat sujud.
15. Sunnah meletakkan kedua tangan di atas
lutut ketika duduk tasyahud, dan sunnah memegang seluruh jari-jari tangan
kanannya kecuali telunjuknya maka dilepaskannya dan diangkatnya ketika
mengucapkan اِلاَّ اللهُ.
16. Sunnah berpaling muka ke kanan pada
salam yang pertama dan berpaling ke kiri pada salam yang kedua.
5.
Sunah-sunah dalam Shalat
Sunah
shalat dibagi 2 yaitu sunah hai’atdansunah ab’ad
A. Sunah
Hai’at adalah amalan yang lebih utama untuk dikerjakan untuk
kesempurnaan shalat dan jika lupa tidak dikerjakan, tidak perlu diganti dengan
sujud sahwi.
Diantara
sunah hai’at :
§
Mengangkat kedua tangan waktu
takbiratul ihram
§
Meletakkan telapak tangan kanan
diatas pergelangan tangan kiri ketika bersedekap
§
Membaca do’a iftitah
§
Membaca ta’awud
§
Membaca amin setelah membaca
fatihah
§
Membaca surat / ayat Al qur’an
setelah AL Fatihah
§
Mengeraskan bacaan fatihah dan
surat Al qur’an pada rokaat pertama dan kedua pada shalat Maghrib , Isya’ dan
Subuh, kecuali makmum
§
Membaca takbir ( Allohu akbar )
setiap pindah rukun
§
Membaca tasbih ketika rukuk dan
sujud
§
Membaca sami’ Allahuliman
hamidah waktu I’tidal
§
Duduk iftirasy (waktu tahiyyat
awal)
§
Duduk Tawarruk (waktu Tahiyyat
akhir)
§
Membaca salam yang kedua
§
Memalingkan muka kekanan dan
kekiri saat mengucapkan salam
B.
Sunah Ab’ad adalah sunah – sunah dalam shalat yang jika lupa
tidak dikerjakan harus diganti dengan sujud sahwi ( sujud karena lupa ), diantara
sunah Ab’ad adalah :
§ Tidak
membaca Tasyahud Awwal
§ Tidak
Duduk dalam membaca Tasyahud Awwal
§ Tidak
membaca Shalawat atas Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam di Tasyahud Awwal
§ Tidak
Membaca Shalawat atas Keluarga Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam di Tasyahud Akhir
§ Tidak
membaca do’a qunut pada Shalat Shubuh
§ Tidak
membaca Shalawat dan Taslim atas Nabi dan atas keluarganya dan sahabatnya di dalam do’a qunut.
§ Tidak
berdiri pada saat membaca do’a qunut.
Pekerjaan yang Makruh di dalam
Shalat
Perihal
pekerjaan yang makruh (dibenci Allah) di dalam shalat yaitu:
1.
Menengok ke atas atau ke kanan
atau kiri.
2.
Menyimpulkanrambut atau kain
atau baju dengan tiada hajat
(maksud/sebab)
3.
Bershalat dengan
menahan hadast (menahan buang air kecil/besar atau angin)
4.
Berdiri dengan sebelah kaki atau memajukan salah
satu kakinya dengan
tiada
uzur (sebab)
5.
Bersender pada sesuatu barang
yang sekiranya dilakukannya niscaya
jatuh olehnya.
6.
Bertolak pinggang.
7.
Jahir di
dalam Shalat Sir
(bersuara keras pada shalat
Zuhur dan Ashar)
dan Sir
ditempat yang jahir (bersuara
pelan di
Shalat Shubuh, Maghrib
dan
Isya’).
8.
Membarengkan gerakan Imam di
dalam ruku’, sujud atau lainnya.
SOLAT
NAFILAH/SUNAH
Sholat Nafilah ialah solat
tambahan dari apa yang difardhukan oleh Allah subhanahu wata‘ala.
Sholat sunat terbahagi kepada
dua bentuk yaitu:
1. Sholat yang dilakukan secara tidak berjama‘ah
(sendiri-sendiri)
2. Sholat yang dilakukan secara berjama‘ah.
Sholat yang dilakukan secara tidak berjama‘ah
(sendiri-sendiri) terbagi dua
1. Sholat
sunat yang mengiringi sholat fardhu
2. Sholat
sunat yang tidak mengiringi sholat fardhu
Sholat sunat yang mengiringi sholat
fardhu terbagi dua:
1. Sunnah yang Mu’akkad (yang dianjurkan),
jumlahnya ada 10 (sepuluh) raka’at, yaitu:
a. Dua raka’at sebelum (qabliyah) shalat
Shubuh.
b. Dua raka’at sebelum (qabliyah) shalat
Zhuhur atau Jum’at
c. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat
Zhuhur atau Jum’at.
d. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat
Maghrib.
e. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat
Isya’.
2. Sunnah yang bukan Mu’akkad (bukan yang
dianjurkan), jumlahnya ada 12 (duabelas) raka’at, yaitu:
a. Dua raka’at ditambahkan sebelum shalat
Zhuhur atau Jum’at.
b. Dua raka’at ditambahkan setelah shalat
Zhuhur atau Jum’at.
c. Empat raka’at sebelum shalat Ashar.
d. Dua raka’at sebelum shalat Maghrib.
e. Dua raka’at sebelum shalat Isya’.
Sholat sunat yang tidak
mengiringi sembahyang fardhu dibagi dua
bagian yaitu:
a) Sholat
sunat yang tiada nama dan waktu tertentu yang lebih dikenali sebagai sembahyang
sunat mutlaq, dilakukan pada waktu kapan saja kecuali pada waktu
yang dilarang melakukan kegiatan sholat. Sholat mutlaq dilakukan dengan dua
raka‘at pada setiap salam
b) Sholat
sunat yang ada nama dan waktu tertentu, diantaranya:
1.
Sholat sunat tahiyyatul masjid,
yaitu sembahyang dua raka‘at sebelum duduk setiap kali masuk masjid.
2.
Sholat sunat witir.
Adapun waktunya adalah dari sehabis shalat Isya’ hingga
Fajar. Yang
paling afdhal ialah dilewatkan sehingga ke akhir sembahyang malam.
Sekurang-kurang witir ialah satu raka‘at, tetapi makruh jika hanya melakukan
dengan bilangan tersebut dan sekurang-kurang bilangan raka‘at yang sempurna
ialah tiga raka‘at. Didirikan dua raka‘at kemudian satu raka‘at. Jumlah yang
paling sempurna ialah sebelas raka‘at.
3.
Qiyamullail.dinamakan juga
dengan tahajjud jika dilakukan selepas tidur. Qiyamullail merupakan sunat yang
tidak mempunyai bilangan raka‘at yang tertentu. dilaklsanakan selepas bangun tidur
dan sebelum adzan Subuh.
4.
Sholat sunat dhuha.
Sekurang-kurang sembahyang sunat dhuha ialah dua raka‘at dan yang paling banyak
dan sempurna ialah delapan raka‘at. lebih afdhal jika dipisahkan pada setiap dua
raka‘at dengan salam. Waktunya bermula dari naik matahari sehingga tergelincir/ masuknya waktu shalat Zhuhur. dan
yang afdhalnya yaitu setelah berlalu satu perempat siang hari.
5.
Sholat sunat istikharah, yaitu sholat
dua raka‘at yang didirikan bukan pada waktu yang dimakruhkan. disunatkan siapa
yang ingin kepada sesuatu urusan atau ingin melakukan sesuatu perkara yang
diharuskan, tetapi tidak mengetahui kebaikan yang ada padanya. Disunatkan
membaca doa ma’tshur yang datang daripada Rasulullah selepas selesai sholat..
6.
Sholat Sunnah Wudhu’ (sunnatul wudhu’),
yaitu dua raka’at sesudah mengambil Air Wudhu.
7.
Sholat Sunnah Tahiyatul Masjid (menghormati masjid), yaitu
dua raka’at jika memasuki masjid.
SHOLAT YANG DISUNATKAN SECARA
BERJEMAAH
1.
Sholat
Dua Hari Raya
Sholathari
raya yaitu hari raya puasa (idul fitri) dan hari raya korban (idul
adha)hukumnya sunnah mu’akkadah. dilakukan secara berjama‘ah tetapi tetap sah
jika dilakukan secara sendirian. Waktunya dari terbit matahari hingga gelincir
matahari. Waktu yang lebih afdhal adalah ketika matahari naik sekadar panjang
lembing (tinggi segalah). Sholat hari raya dilakukan dua raka`at. dimulai
dengan takbiratul ihram kemudian membaca doa iftitah, kemudian bertakbir
sebanyak tujuh kali seperti takbiratul ihram. Ketujuh takbir tersebut
dipisahkan satu sama lain sekadar satu
ayat yang sederhana dan disunatkan membaca tasbih. Kemudian membaca isti`azah
dan membaca al-fatihah serta membaca satu surat atau beberapa ayat. Takbir
untuk raka‘at yang kedua sebanyak lima kali.
Selain
daripada itu dalam sholat idul fitri dan idul adha disunatkan berkhutbah dengan
dua khutbah setelah selesai sholat sama seperti khutbah jumaat, cuma ia
dilakukan sesudahsholat.
2.
Sholat
Tarawih
Sholat
tarawih disyari‘atkan khusus pada bulan Ramadhan dan sunat didirikan secara
berjama‘ah serta sah jika didirikan secara individu. Waktunya di antara
sembahyang ‘Isya’ dan sembahyang Subuh dan sebelum sembahyang witir. Ia boleh
didirikan sebanyak delapan raka‘at dan boleh sebanyak dua puluh raka‘at dengan
dilakukan setiap dua raka‘at satu salam.
3.
Sholat
Gerhana Matahari dan Bulan
Sunnah melakukan Shalat Kusufil Syamsi, yakni
Shalat Gerhana Matahari, dan Shalat Khusufil Qamari, yakni Shalat
Gerhana Bulan.
Ke
dua sholattersebut dilaksanakan ketika cahaya matahari atau bulan terlindung
sama ada sebahagiannya atau kesemuanya. Kebiasaannya, al-kusuf digunakan bagi
gerhana bulan. Hukumnya ialah sunnah mu’akkadah. Jika sholat gerhana matahari, maka bacaan hendaklah
diperlahankan, jika gerhana bulan, bacaan hendaklah dinyaring dan dikuatkan.
Sembahyang
gerhana mempunyai dua cara:
1)
Dilakukan pada setiap raka‘at
dengan dua kali berdiri, dua kali membaca (Al-Fatihah dan ayat) serta dua kali
ruku‘ tanpa memanjangkannya (berdiri, membaca dan ruku‘, kemudian berdiri
membaca dan ruku‘). Dan sah sembahyang gerhana jika didirikan dua raka‘at
dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku‘ seperti sembahyang Juma‘at.
2)
Dilakukan pada setiap raka‘at
dengan dua kali berdiri. Pada setiap kali berdiri dibaca bacaan yang panjang.
Dibaca selepas Al-Fatihah, Surah Al- Baqarah atau surah-surah lain yang sama
panjangnya pada berdiri kali pertama di raka‘at pertama. Untuk berdiri kali
kedua pada raka‘at pertama, dibaca ayat yang menyamai 200 ayat. Manakala bacaan
ketika berdiri kali pertama pada raka‘at kedua ialah sekadar 150 ayat. Dan
bacaan ketika berdiri kali kedua pada raka‘at kedua ialah bacaan yang menyamai
100 ayat Surah Al-Baqarah.
Kemudian
apabila ruku‘, maka dipanjangkannya sehingga menyamai lebih kurang dengan 100
ayat, ruku‘ kedua dipanjangkan sekadar 80 ayat, ruku‘ ketiga sekadar 70 ayat
dan ruku‘ keempat sekadar 50 ayat. Cara yang kedua ini adalah yang lebih
sempurna.
Apabila
sembahyang telah selesai, imam bangun berkhutbah dengan dua khutbah, sama
seperti khutbah Juma‘at, cuma imam hendaklah mendorong orang ramai supaya
bertaubat, melakukan kebaikan serta memberi ingatan agar tidak lalai.
Niat shalat Gerhana adalah sebagai
berikut:
1.
Niat Shalat Gerhana Matahari:
أُصَلِّى
سُنَّةَ الْكُُُُُُسُوْفِالشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ
ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: niat
saya shalat Sunnah Gerhana Matahari dua
raka’at karena Allah Ta’ala.
2.
Niat Shalat Gerhana Bulan:
أُصَلِّى
سُنَّةَ الْخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ
ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: niat
saya shalat Sunnah Gerhana Bulan dua raka’at
karena Allah Ta’ala.
Niat shalat gerhana berbarengan dengan
Takbiratul Ihram seperti shalat pada umumnya.
Sunnah-sunnah dalam Shalat Gerhana:
1.
Setelah I’tidal: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُpada tiap raka’at maka sunnah membaca Al-fatihah lagi
untuk yang kedua kali dan dilanjutkan dengan bacaan surat.
2.
Pada tiap-tiap raka’at dilakukan 2 kali
qiyam (berdiri), 2 kali membaca Al-Fatihah, 2 kali ruku’ dan 2 kali I’tidal.
3.
Sunnah shalat dengan jahar (suara keras) pada Gerhana Bulan dan
sir (bersuara perlahan) pada Gerhana Matahari.
4.
Waktu mengerjakan shalatnya terjadi semenjak mulai
gerhana Matahari/Bulan sampai dengan hilangnya gerhana itu yaitu setelah
masuknya Matahari pada Gerhana Matahari atau terbitnya kembali Matahari pada
Gerhana Bulan.
5.
Sunnah membaca khutbah pada kedua shalat itu, afdhalnya
adalah dengan 2 khutbah seperti shalat hari raya.
4.
Sembahyang
Istisqo’ (Minta hujan)
Makna
sholat istisqa’ ialah sholat yang disyari‘atkan ketika hujan tidak turun dan
mata air kekeringan. anjuran melaksanakan sholat akan luput apabila turunhujan ketika akan
sholat atau mata air mula mengalir.
Terdapat
tiga cara untuk meminta hujan :
1)
Cara paling minimal, yaitu
berdoa kepada Allah pada waktu yang disukai.
2)
Cara pertengahannya ialah
dengan berdoa sesudah ruku‘ pada raka‘at terakhir sholat, atau sesudah selesai sholat.
3)
Cara yang paling sempurna ialah
dengan melakukan perkara-perkara berikut:
a) Tingkat
permulaan, imam (ketua pemerintah) hendaklah menyuruh orang/masyarakat supaya
bertaubat, bersedekah kepada fakir miskin, meninggalkan segala bentuk kedzoliman,
dan berpuasa selama empat hari berturut-turut.
b) Imam
/ ketua pemerintah keluar bersama-sama orang warga masyarakat pada hari ke
empat dalam keadaan berpuasa, memakai pakaian yang lama (lusuh), dalam keadaan
khusyu‘ dan hina menuju ke padang yang luas melalui satu jalan tertentu dan
pulangnya melalui jalan yang lain pula. Kemudian ketua melakukan sholat
bersama-sama orang ramai sebanyak dua raka‘at seperti sembahyang hari raya.
c) Apabila
selesai sembahyang, imam (ketua pemerintah) hendaklah berkhutbah dengan dua
khutbah seperti khutbah hari raya, hendaklah dimulai dengan istighfar sembilan
kali pada khutbah pertama dan tujuh kali pada khutbah kedua sebagai ganti
kepada takbir. Apabila khutbah kedua bermula dan berlalu satu pertiga
daripadanya, khatib hendaklah berpaling ke arah qiblat dengan membelakangkan
orang ramai dengan mengubah kedudukan kain jubah atau selendang dengan
dijadikan bahagian atas ke bawah, bahagian bawah ke atas, bahagian kanan ke
kiri dan bahagian kiri ke kanan sebagai bentuk rasahina di hadapan Allah
subhanahu wata‘ala. Orang /warga masyarakat/jamaah juga disunatkan melakukan
apa yang dilakukan oleh khatib.
5.
Sholat
Jenazah
Shalat Janazah adalah menyolatkan mayyit atau orang yang sudah
meninggal.
hukumnyaFardhu Kifayahbagi orang dalam suatu negeri atau kampung
yang mengetahui meninggalnya seseorang Muslim.
Arti Fardhu Kifayah adalah: suatu kewajiban
apabil sudah dikerjakan oleh sebagian orang, maka terlepaslah/gugurlah
kewajibannya itu atas yang lain, dan bilamana tidak dikerjakan
sama-sekali oleh orang-orang yang telah mengetahui akan meninggalnya seorang
mayyit muslim, maka berdosalah seluruh orang-orang itu.
Ada 4 (empat) perkara yang menjadi Fardhu Kifayah, yaitu:
1.
Memandikan mayyit.
2.
Mengkafankan mayyit.
3.
Menyalatkan mayyit.
4.
Menguburkan mayyit.
Memandikan Mayyit:
Sekurang-kurangnya memandikan mayyit adalah meratakan
sekalian tubuhnya dengan air yang suci dan menyucikan, dengan terlebih dahulu
membasuh segala najis yang ada.
Beberapa hal dalam Memandikan Mayyit:
1. Sunnah niat Memandikan Mayyit.
2. Sunnah memandikannya ditempat yang
tertutup dengan pagar atau kain.
3. Wajib tidak terlihat antara pusat sampai
lutut si mayyit itu.
4. Sunnah melipat sepotong kain (pakai
sarung tangan) di tangan kiri bagi yang memandikan mayyit untuk membasuh najis
yang ada pada mayyit, dan sepotong kain yang lain untuk suginya (giginya), dan
sepotong kain lagi untuk menggosok badannya.
5. Sunnah pada permulaan memandikannya
dengan air campur bidara, yang kedua dengan air biasa saja, kemudian di
penghabisannya dengan air yang dicampur dengan sedikit kapur barus, semuanya
tiga kali-tiga kali sambil di petel (digosok) sekalian badannya.
6. Sunnah mengambilkan wudhu bagi mayyit,
sedangkan niatnya adalah wajib bagi yang mengambilkan wudhu itu.
Mengkafankan Mayyit:
Sekurang-kurangnya mengkafankan mayyit
adalah dengan sehelai (satu lapis) kain yang menutupi sekalian badannya.
Beberapa hal dalam Mengkafankan Mayyit:
1. Bagi mayyit laki-laki sunnah dikafankan
dengan 3 (tiga) helai kain putih yang baru dan tiap-tiap helai menutupi
sekalian badannya.
2. Bagi mayyit perempuan sunnah memakai
ghamis yaitu baju kurung dan telengkung (mukenah) dan kain dan masing-masing 2
(dua) helai.
3. Sunnah bagi keduanya (mayit laki-laki
atau perempuan) dipakaikan kapas yang dicampur dengan cendana dan kapur barus
yang diletakkan diatas tiap-tiap lubang badan dan anggota sujud.
Menyalatkan Mayyit (shalat Janazah):
Rukun Shalat
Janazah 7 (tujuh) perkara, yaitu:
1. Niat Shalat Janazah.
2. Shalatnya dengan 4 (empat) takbir,
dimana Takbir pertama adalah Takbiratul ikhram.
3. Membaca Al-Fatihah dengan sunnah membaca
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِsaja dan tidak sunnat membaca do’a
istiftah.
4. Shalat dilakukan dengan berdiri jika
kuasa.
5. Membaca Shalawat (seperti shalawat pada tashahhud akhir) sesudah takbir yang kedua.
6. Mendo’akan Mayyit setelah takbir yang ke
tiga, sekurang-kurangnya yaitu:
اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهُ artinya: Ya
Allah Tuhanku ampunilah bagi mayyit ini.
7. Memberi salam setelah takbir yang ke
empat, sunnah dengan menambahkan وَبَرَكَاتُهُ.
Adapun aturan dalam Shalat Janazah pada takbir yang
pertama dan yang ke dua, maka Wajibnya dan Sunnahnya adalah sama saja bagi
mayyit laki-laki atau perempuan.
Sedangkan pada takbir yang ke tiga dan ke empat, maka ada
perbedaan dhamirnya (sebutannya).
Berikut adalah Tatacara Shalat Janazah:
1. Niat Shalat Janazah:
اُصَلِّى
عَلَى هَـذَا الْمَيِّتِ أَرْ بَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Niat saya shalat atas mayyit ini dengan 4 takbir fardhu
kifayah lillahi ta’ala
2. Takbiratul ihram: اَللهُ اَكْبَرُ (berbarengan
dengan niat itu)
3. Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah
dan sunnah اَعُوْذُبِاللهِ, yaitu:
Tidak Sunnah membaca Surah setelah
Al-Fatihah.
4. Takbir yang kedua: اَللهُ اَكْبَرُ
5. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:
اَللَّـهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ.
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْ
لِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ
وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ.
فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
6. Takbir yang ketiga: اَللهُ اَكْبَرُ
7. Dilanjutkan dengan do’a mayyit:
Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا
مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ،
وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ.
Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهَ وَارْحَمْهَ وَعَافِهَ وَاعْفُ عَنْهَ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهَ، وَاغْسِلْهَ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِ لَّهَ دَارًا
خَيْرًا مِنْ دَارِهَ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ
زَوْجِهَ، وَأَدْخِلْهَ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ
النَّارِ.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku, ampuni bagi mayyit ini
dosanya dan berikan Rahmat padanya dan sentosakannya dan maafkan padanya, dan
mulyakan datangnya dan luaskan kuburnya dan sucikan dia dengan embun dan dengan
air dan dengan air barad, dan bersihkan dia daripada segala dosa seperti
dibersihkannya kain putih daripada segala kotoran, dan gantikan baginya rumah
yang terlebih baik dari rumahnya, dan keluarga yang terlebih baik daripada
keluarganya, dan Istri yang lebih baik daripada istrinya (bagi wanita: dan
perangai suami yang lebih baik dari perangai suaminya didunia), dan masukkan
dia ke dalam syurga dan jauhkan dia dari siksa kubur dan siksa api neraka.
8. Takbir yang ke Empat: اَللهُ اَكْبَرُ
9. Dilanjutkan dengan ber do’a:
Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ.
Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهَ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهَ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهَ.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku, janganlah luputkan
kami akan pahalanya, dan janganlah fitnahkan kami sesudahnya, dan ampuni kami
dan baginya.
10. Memberi salam 2 (dua) kali, yaitu:
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.(2×)
Menguburkan Mayyit:
Sekurang-kurangnya Mengubur Mayyit
adalah mengubur dalam satu lobang yang dapat menutup aroma bau dan mencegahnya
dari (korekan/galian) binatang-binatang buas.
Sunnahnya bahwa dalamnya kubur itu seberdirian ditambah satu hasta
(setinggiorang dewasa yang sedang berdiri sambil mengangkat/melambaikan
tangannya).
Wajib menghadapkan mayyit ke arah
Kiblat, dan sunnah dibacakan Talqin dan do’a wahabah, maka sekalian itu
tersebut di dalam kitab “Maslikul Akhyar” dengan segala artinya.
Syarat-syarat
sah sholat jenazah ialah sebagai berikut:
1.
Sholat jenazah sama halnya
dengan sholat yang lain, yaitu harus menutup ‘aurat, suci dari hadath besar dan
kecil, suci badan, pakaian dan tempat serta menghadap ke arah qiblat.
2.
Mayat sudah dimandikan dan
dikafankan.
3.
Mayat diletakan sebelah qiblat
mereka yang menyolatkannya
4.
Cara melakukan sholat jenazah
ialah dengan keadaan berdiri saja, dengan tidak menggunakan gerakan ruku‘,
sujud, tasyahhud dan duduk. Serta tidak disertai dengan adzan dan iqamah.
Rukun-rukun
dan cara menunaikannya adalah seperti berikut:
1.
Bertakbir dengan takbiratul
ihram dalam keadaan berniat sholat atas mayat.
2.
Selepas bertakbir, dibaca Surah
Al-Fatihah.
3.
Bertakbir untuk kali kedua. Dan
seterusnya membaca salawat dengan salawat paling afdhal ialah salawat
Ibrahimiyyah.
4.
Kemudian bertakbir untuk kali
ketiga dan berdoa untuk si mati selepas takbir tersebut.
5.
Kemudian bertakbir untuk kali
keempat dan berdoa selepasnya.
6.
Kemudian memberi salam ke
sebelah kanan dan kiri.
BAB
IV
Shalat Qashar dan Jama’
Arti Qashar adalah: Mengurangi 2 (dua)
raka’at dari shalat (yang empat raka’at) seperti Shalat Zhuhur, Ashar dan
Isya’.
Arti Jama’ adalah: menggabungkan dua shalat
fardhu didalam satu waktu.
Syarat-syarat Qashar ada 7 perkara:
1. Mengetahui akan harusnya bagi orang yang
berlayar (musafir/bepergian) yang perjalanannya itu berjarak dua marhalah
yaitu perjalanan 90 pal
(kilometer).
2. Jangan kurang kadar jarak perjalanannya itu dari yang ditentukan diatas.
3. Perjalanannya itu bukan dengan maksud maksiat (piknik
maksiat misalnya mau nonton bola,pesta dll)
4. Qasadnya (tempat yang akan dituju) pada
tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
5. Niat Qashar di dalam takbiratul ihram.
6. Jangan mengikuti imam yang sedang shalat
tamam (shalat yang lengkap/biasa).
7. Senantiasa pelayarannya itu hingga akhir
shalat.
Arti Jama’ Taqdim yaitu: mendahulukankan
Shalat Asyar diwaktu Zhuhur atau mendahulukankan Shalat Isya’ diwaktu Maghrib.
Maka syaratnya ada 4 perkara:
1. Mendahulukan shalat Zhuhur baru kemudian
Asyar atau mendahulukan shalat Maghrib baru kemudian Isya’.
2. Niat Jama’ di dalam shalat yang
didahulukan itu (didalam shalat Zhuhur atau shalat Maghrib), dengan mengatakan
di dalam hatinya saja: “niat
saya menjama’ shalat Ashar di waktu Zhuhur” atau “niat
sayau menjama’ shalat Isya diwaktu Maghrib”.
3. Segera melakukan shalat antara keduanya
(maksudnya setelah salam shalat Zhuhur langsung takbiratul ihram lagi untuk
shalat Ashar)
4. Senantiasa perjalanannya itu hingga
habis waktu untuk takbiratul ihram shalat yang kedua (shalat Ashar atau Isya’).
Arti Jama’ Ta’khir yaitu: menta’khirkan
shalat Zhuhur di waktu Asyar atau menta’khirkan shalat Maghrib di waktu Isya’.
Maka syaratnya ada 2 perkara:
1.
Niat menta’khirkan diwaktu yang awal (misalnya di waktu
Zhuhur tetapi diluar shalat atau di waktu Maghrib tetapi diluar shalat) dan
sunnah berlafadz akan niat
itu sebagai berikut:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الظُّهْرِ إِلَى الْعَصْرِ.
Artinya: Aku
niat menta’khirkan Zhuhur kepada Ashar.
Atau:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الْمَغْرِبِ إِلَى الْعِشَآءِ
Artinya: Aku
niat menta’khirkan Maghrib kepada Isya’
2.
Senantiasa pelayarannya (perjalanannya) itu hingga shalat
yang kedua. (shalat Ashar atau Isya tetapi cukup waktunya untuk melakukan
shalat jama’ tersebut).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar