Sabtu, 16 Mei 2020

Berdikirlah hai Manusia...!!!!


PERINTAH ALLOH UNTUK BERDZIKIR

Di dalam Al-Quran banyak sekali perintah Alloh kepada kita untuk melaksanakan dzikir diantaranya :
واذكرسم ربك بكرة واصيلا   (الدهر :25)
Dan berdzikirlah (sebutlah) nama tuhanmu pagi dan petang
وَاذْكُرُوااللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (الأنفال٤٥)
“ Dan hendaklah banyak berdzikir kepada Alloh, supaya kalian beruntung.
وَاذْكُرْرَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ (ال عمران :٤١)
“ Dan hendaklah anda banyak berdzikir kepada tuhanmu,serta bacalah tasbih di waktu petang dan pagi“
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوااللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا (الأحزب:41/42)
Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Alloh dengan dzikir yang banyak dan bacalah tasbih (sebutlah kesucianya) diwaktu pagi dan petang.
وَاذْكُرِاسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلا (المزمل:8)
Sebutlah nama tuhanmu  (berdzikirlah) dan beribadahlah kepadanya dengan penuh ketekunan.

Dan masih banyak perintah Alloh yang menganjurkan kepada manusia untuk berdzikir kepadanya.

MANFAAT DAN KEUTAMAAN DZIKIR

Sebagai mana di jelaskan dalam Al-Qur’an
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِاللَّهِ أَلابِذِكْرِاللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد: 28)
 (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
قَدْأَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى,وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (الأعلى :14- 15)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu ia sholat.

Rasul  bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ.
Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوْا بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى.
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzi-kir kepada Allah Yang Maha Tinggi”.
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai de-ngan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rah-mat) bila dia ingat Aku. Jika dia meng-ingatKu dalam dirinya, Aku mengingat-nya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mende-kat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepa-daKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ.
Dari Abdullah bin Busr, dia berkata: Bahwa ada seorang lelaki berkata: “Wahai, Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu, beritahulah aku sesuatubuat pegangan”. Beliau bersabda: “Tidak hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu meng-ucapkannya).”
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ.
“Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.”
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ.
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi-nya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki bisa menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mere-ka
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً.
“Setiap kaum yang berdiri dari suatu majelis, yang mereka tidak berdzikir ke-pada Allah di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kiamat).
Hadits yang mengungkapkan keutamaan majalis dzikr, diantaranya adalah:
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ ،قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ"
"Dari Abu Sa'id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya." (HR. Muslim)

CARA BERDZIKIR

Jika kita mau memperhatikan Ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadits tentang bagai mana cara dzikir yang diperbolehkan dalam Islam. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Dzikir boleh dilakukan kapan dan dimana saja asal tidak ditempat yang tidak layak seperti WC dll.
Berdzikir boleh dengan sendiri-sendiri maupun berjamaah (bersama-sama) jika dzikir sendiri baiknya dzikir sekedar didengar sendiri, jika bersama-sama baiknya agak sedikit keras dengan tujuan agar bisa di baca bersama. dengan tujuan dapat bersifat mendidik  yang lain Alloh berfirman dalam surat Al-A’rof : 205
وَاذْكُرْرَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَالْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاتَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (٢٠٥)
“ Dan berdzikirlah anda terhadap tuhanmu, dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dengan suara yang tidak nyaring, diwaktu pagi dan sore, dan janganlah anda tergolong dari pada orang-orang yang lalai berdzikir.

Berkata Al-Imam Jalalain, Al-Jamal dan lain-lain para ahli Tafsir, bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah membaca dengan suara yang sedang (tidak terlalu nyaring) dan tidak pula sampai tidak bersuara sama sekali. (Lihat kitab Al-Futuhatul Ilahiyyah)

 
Catatan :
Jika berdzikir sendiri (tidak dengan teman) cukup dengan suara sekedar didengar sendiri, Jika berdzikir dengan cara berjamaah cukup dengan suara yang sedang, agar dapat membaca bersama dengan baik. 
Rosululloh SAW Bersabda :
ما جلس قوم مجلسا يذكرون الله عز وجل الا حفت بهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده (مسلم عن ابي هريرة)
“ Tidak duduk suatu kaum di suatu majlis (tempat berkumpul) mereka berdzikir kepada Alloh Azza wa jalla, kecuali mereka itu dikelilingi oleh mlaikat, diselubungi oleh rahmat ilahi, dan turun atas mereka ketentraman, mereka disebut-sebut oleh alloh dikalangan makhluq yang ada padanya (H.R Muslim dari abu hurairoh)

Nabi SAW, banyak mendorong para shabatnya berkumpul untuk membaca dzikir bersama, antara lain Abu Said Al-Khudri meriwayatkan bahwa nabi SAW.Pernah suatu ketika keluar ke masjid dan menemukan sebagian sahabatnya sedang berkumpul dalam keadaan berdzikir maka bertanya nabi SAW:
ما اجلسكم ؟
Apa yang menyebabkan kamu berkumpul ?
Dijawab oleh sahabat-sahabat nabi itu :
جلسنا نذكر الله ونحمده على ما هذانا للاسلام ومن به علينا
“ kami duduk berkumpul berdzikir kepada Alloh dan bertahmid kepadanya, atas apa yang ditunjukan kepada kami yaitu al-islam, diatas segala apa yang dikaruniakanya kepada kami “
maka pada saat itu nabi pun menjawab :
اما اني لم استحلفكم تهمة لكم ولكنه اتاني جبريل فأخبرني ان الله عز وجل يباهي بكم الملائكة (رواه مسلم والترميذى والنسائي)
Artinya : Adapun saya tidak meminta kalian bersumpah, karena suatu tuduhan terhadap kalian, namun ada jibril datang kepadaku lalu mengabarkan kepada ku bahwa Alloh Azza Wa Jalla berbangga terhadap malaikat sebab amalan kalian itu.(H R Muslim, Tirmidzi dan Nasai)
Nyatalah bahwa membaca Wirid/Dzikir baik sendiri-sendiri, maupun berjamaah dianjurkan dalam syariat Islam.

Syekh Hasan al-Basri, mengungkapkan dalam sebuah kata mutiara yang sangat indah:
تَفَقَّدُوْا الْحَلاَوَةَ فيِ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءٍ : فِي الصَّلاَةِ، وَفِي الذِّكْرِ وَفِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنْ وَجَدْتُمْوَإِلاَّ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلبَابَ مُغْلَقٌ
"Raihlah keindahan dalam tiga hal; dalam shalat, dalam dzikir dan dalam tilawatul Qur'an, dan kalian akan mendapatkannya... Jika tidak maka ketahuilah, bahwa pintu telah tertutup

Imam Nawawi menyatakan:
المُرَادُ مِنَ الذِّكْرِ حُضُوْرُ الْقَلْبِ ، فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ هُوَ مَقْصُوْدُ الذَّاِكرِ فَيَحْرُصُ عَلَى تَحْصِيْلِهِ ، وَيَتَدَبَّرَ مَا يَذْكُرُهُ ، وَيَتَعَقَّلَ مَعْنَاهُ..
"Yang dimaksud dengan dzikir adalah menghadirkan hati. Seyogyanya hal ini menjadi tujuan dzikir, hingga seseorang berusaha merealisasikannya dengan mentadaburi apa yang didzikirkan dan memahmi makna yang dikandungnya

Dzikir yang benar adalah dzikir yang ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah semata.

Rasul bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ.
Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: {الـم} حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”
وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ، أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ.
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: “Rasulullah keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-Aqiq, lalu kem-bali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersab-da: “Apakah seseorang di antara kamu tidak berangkat pagi ke masjid, lalu me-mahami atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya dari-pada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta ” Rasulullah bersabda:
قَالَ الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، "تَرْكُ الْعَمَلَ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ لأَجْلِ النَّاسِ شِرْكُ، وَاْلإِخْلاَصُ أَنْ يُعَافِيْكَ اللهُ مِنْهُمَا
Fudahil bin Iyadh mengatakan, "Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya', dan beramal karena manusia adalah syirik. Adapun ikhlas adalah Allah melepaskanmu dari kedua hal di atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar